Wednesday, November 5, 2008

; Buat Seorang Kawan

Mari kita diskusikan perihal apa dan mengapa. Biarkan
tema-tema itu berputar
dan mengantarkan kita membentuk
sebuah cerita. Lakon lama yang kita dekonstruksi
dengan karakter kita sendiri. Versi kita sendiri.

Tuesday, October 14, 2008

TERIMA KASIH CINTA


Akhir-akhir ini aku sering sekali mendengarkan lagu-lagunya Afgan. Terutama lagu yang berjudul terima kasih cinta. Aku mulai suka lagu ini sewaktu dalam perjalanan menuju resto DJHA (Durian Jatohan Haji Arif) di Baros, sebuah kecamatan yang terletak di kabupaten Serang tempat kelahiranku. Di jok belakang, adikku memutar lagu Terima Kasih Cinta dari MP3 handphonenya.

Menurutku lagu ini bagus dan enak didengar. Iramanya slowly tapi tidak mellow. Juga bukan sejenis lagu ngebeat ataupun ngerock seperti lagu-lagu yang beberapa tahun terakhir sering aku dengar. Apalagi dinyanyikan oleh Afgan yang kata teman-temanku bersuara “seksi”. Aku tak perduli apa arti “seksi” yang dimaksud teman-temanku itu. Afgan menyanyikan lagu ini dengan penuh penghayatan saja sudah lebih dari cukup bagiku. Suara Afgan patut diacungi jempol. Sampai-sampai seniorku di BPS mengomentarinya dengan yakin, “apapun lagunya, kalau dinyanyikan sama Afgan pasti jadinya bagus.” Sepakat.

Lagu ini menceritakan seseorang yang pernah berbuat salah kepada kekasihnya. Apa yang telah dilakukannya itu menyakiti hati sang kekasih. Setelah lama merenung ia sadar bahwa sejatinya rasa cinta itu masih ada. Maka kemudian yang muncul adalah rasa penyesalan. Ia sadar, tanpa kekasihnya hidup tak berarti apa-apa. “Tanpamu tiada berarti, tak mampu lagi berdiri,” ucap Afgan dalam bait lagunya.

Amat jelas, ada tautan antara penyesalan—atas kesalahan yang telah menyakiti hati sang kekasih—dan rasa cinta, yakni upaya untuk meminta maaf dan keinginan untuk menata kembali mahligai cinta yang pernah retak. “Balikkan lagi”, istilahnya. Lantas ketika kesadaran dan keinginan untuk balikkan lagi mencuat dalam pikiran, sang kekasih dengan tangan terbuka menerimanya kembali. Sang kekasih memberinya kesempatan untuk memperbaiki mahligai cinta mereka, dengan melupakan segenap masa lalu: segala kesalahan dan sakit hati. Ia terharu atas kelapangdadaan juga keikhlasan hati sang kekasih. Puji syukur ia representasikan dalam rasa terima kasih dan janji tak akan mengulang kembali kesalahan yang pernah dilakukannya. “Terima kasih cinta untuk segalanya,” seperti diungkap Afgan.
Berikut ini lagunya.

Terima Kasih Cinta
Tersadar di dalam sepiku setelah jauh melangkah
Cahaya kasihmu menuntunku kembali dalam dekap tanganmu
Terima kasih cinta untuk segalanya
Kau berikan lagi kesempatan itu
Tak akan terulang lagi semua
Kesalahanku yang pernah menyakitimu
Tanpamu tiada berarti tak mampu lagi berdiri
Cahaya kasihmu menuntunku
Kembali dalam dekap tanganmu
Terima kasih cinta untuk segalanya
Kau berikan lagi kesempatan itu
Tak akan terulang lagi semua
Kesalahanku yang pernah menyakitimu

Friday, September 26, 2008

PERJALANAN ADALAH JANJI

Episode renyah tawa masa kecil adalah kenangan
Tentang belaian dan kata cinta.
Mimpi dalam tidur
Ketika pendakian mencapai puncak
Rangkaian perjalanan dalam kereta
Dan segenap cerita-cerita menuju titik kulminasi.
Sampai mimpi tak lagi terjangkau psikoanalisis,
Seribu koma dan tanda tanya
Siapa akan melanjutkan perjalanan?
Akankah gerbong telah benar-benar berkarat,
Pasrah jatuh ke tanah?
Koma-koma adalah sisa
Tanda-tanda tanya terjawab sudah
Dengan kemirisan, dengan pesimisme
Sejarah mencatat kematian generasi
Kematian cerita pada satu titik sentral.

Gerbong-gerbong usang, cerita-cerita terbengkalai,
Teriakkan pada dunia: tak akan ada kematian saat ini
Kupu-kupu akan terbang
Mimpi-mimpinya tak sebatas ide
Hamparan kenangan adalah pembawa pesan
Ingat: Optimisme tak butuh sandaran
Bagi kami, perjalanan adalah janji!

Friday, August 29, 2008

KEPADA AKHIR SEJARAH

Kita pernah merangkai bunga-bunga suatu waktu
Melukis pelangi pada langit-langit yang masih suram dan kaku
Suram dan gelap
Namun kita tetap tersenyum
Tetap tertawa menikmati sesiang yang panas dan gerah.
Menikmati rimbun hutan, gemericik air,
Atau sisa daun-daun yang meranggas pada musimnya
Sampai saat senja menahbiskan keniscayaan gelap
Tentang malam yang sudah seharusnya datang
Ini akhir sejarah kita
Penghujung kebersamaan,
Senyum, canda, tawa,
Tangis, sakit hati,
Dan kesia-siaan yang pernah kita lakukan.
“Thanks to all, especially for you,” ucapmu sambil melambaikan tangan.

Monday, August 11, 2008

MENGAJUKAN PROPOSAL SKRIPSI BULAN INI JUGA


Saya memutuskan untuk mengajukan proposal skripsi bulan ini juga. Setelah hampir empat tahun menempati bangku kuliah, juga merasakan dinamika kehidupan mahasiswa yang penuh gejolak dan progresifitas, saya memutuskan untuk segera keluar dari fase ini.

Saya kira empat tahun waktu yang lebih dari cukup untuk menikmati hingar bingar gejolak di dunia kampus. Selebihnya, saya persiapkan satu tahun ke depan untuk memperbaiki nilai dan menggarap skripsi.

Saat ini saya dihadapkan dengan berbagai tema yang kiranya menarik untuk diangkat menjadi skripsi. Saya baru menyadari bahwa ternyata dunia matematika tidak sesempit dan tidak sesaklek yang saya pahami selama ini. Ada banyak bahasan yang perlu untuk diteliti dan ditekuni.

Saya kira, mengerjakan skripsi bukan hal yang sangat berat seperti yang dimitoskan orang-orang. Asalkan fokus menjalaninya, skripsi tak butuh waktu lama untuk dikerjakan. Artinya, tak perlu menunggu lama untuk segera wisuda.

Kehilangan fokus bisa jadi merupakan masalah setiap mahasiswa yang lulus lama. Satu hal ini juga yang sempat aku takutkan terjadi padaku. Mengingat aku orang yang belum bisa berpegang pada satu pijakan dan belum bisa terkungkung oleh sistem yang membatasi ruang gerak. Tapi saya kira itu justeru menjadi tantangan untuk mengukur sejauh mana perkembangan kedewasaan saya. Kedewasaan berarti teguh memegang amanah dan konsisten menjalaninya.

Saya ingin segera keluar dari status mahasiswa dan mencicipi berbagai petualangan yang lebih menantang di dunia luar. Saya percaya hidup mempunyai fase-fase untuk dijalani. Saya tak sabar untuk melewati fase berikutnya.

SKEPTIS


Kami berpacu dengan simbol-simbol. Melawan tatanan baku perihal aksioma dan teorema. Bagi kami, aksioma bukan kehendak Tuhan. Juga teorema-teorema yang takkan pernah menjadi sabda suci sang nabi. Kami tak percaya semua itu. Pernyataan-pernyataan tersebut tak lebih dari penjajahan pemikiran. Percaya pada kedua entitas itu berarti menjadi gajah di waekambas yang mau diapakan saja.

Kami berpacu dengan aneka rumus juga analisisnya. Integral, derivasi, deret, polynomial. Semua itu kami olah seperti bahan makanan yang akan kami rubah menjadi hidangan yang lezat.

Jangan percaya dengan pernyataan dosen. Sebab mereka mau tunduk pada tatanan baku yang sudah ada. Mereka hanya kambing congek yang bodoh. Manut dibilang apa saja oleh para ilmuwan-ilmuwan terdahulu.

Saturday, July 26, 2008

ARE YOU SURE MY STRANGER?


Hello, stranger!
Kau datang tiba-tiba malam itu. Selepas adzan isya berkumandang di masjid dekat tempat tinggalku. Kedatanganmu bukan yang kesekian kali, ini justru yang pertama. Bahkan pada kesempatan itu kau memberiku hadiah: sebuah mahkota bertahtakan mutiara putih. Kedatangan yang pertama, namun anehnya, kau seperti pernah tercatat dalam sejarah hidupku.

Stranger!, aku memanggilmu. Hitungan waktu yang menoktahkan cap itu padamu. Kesimpulan pertamamku tentangmu waktu itu: kau agresif. Ya, kau sungguh agresif. Selebihnya, kau cerdas dengan analisis social lumayan untuk ukuran usiamu, penuh semangat dan pekerja keras. Dari ceritamu, kau telah melewatkan hidup dengan beragam gemblengan. Mulai dari latar belakang geografismu, lingkungan asrama sewaktu kau masih sekolah dulu, sampai akhirnya kau bergulat di dunia aktifis.

Malam itu kita melewatkan waktu berdua. Di tengah iklim jogja yang semakin malam semakin dingin. Benar saja, aku menggigil waktu itu. Apalagi, kondisi badanku tidak begitu fit selepas berpuasa selama tiga hari (yang ini baru karena kodrat perempuan sewaktu ramadhan kemarin).

Kita mendiskusikan banyak hal. Tak hanya wacana, tapi juga latar belakang dan kegiatan sehari-hari. Seperti proses pengenalan lebih jauh. Jujur, aku sangat suka diskusi kita. Karena kau pun bukan orang dengan kepala kosong. Pengetahuanku jadi bertambah dari diskusi ini. Malam itu kita terus berdialektika. Apalagi gaya berkomunikasimu yang begitu terbuka, aku suka itu. Seperti tak ada tedeng aling-aling. Hal itu tentu saja membuatku merasa aman dan nyaman.

Segenap perhatian kau tumpahkan kepadaku. Dan jujur saja saat itu aku sempat merasa istimewa. Segenap konsep-konsep tentang eros yang terimplementasi dalam perilaku. Hah!!! Gombal, batinku. Entah mengapa aku begitu bosan dengan rayuan macam apapun. Pun implementasi konsep erosmu yang sebetulnya tidak kelihatan gombal. Tetap saja enyahlah itu.

Kau tahu, aku tidak merasakan apa-apa. Sungguh! Aku tak merasakan apa-apa selain keheranan tentang sosokmu. Ini orang mau ngapain, batinku. Aku memang merasa nyaman, tapi sekaligus juga mengira-ngira maksud dari tindak-tandukmu. Sebegitupun, aku masih menyimpan prasangka-prasangka terhadapmu. Jangan-jangan ini politis. Hahh, kebiasaanku pasang strategi mulai lagi.

Entah apa maksudmu dengan semua perhatian ini. Mau mengajak berpacarankah? Atau sekadar teman saja? Dari sikap dan pembicaraanmu, aku malah mengira kau sedang mencari calon istri. Hahaha… Aku tidak bisa membayangkan hal paling absurd itu terjadi padaku. Sungguh!!! Bagiku itu masih sangat jauh. Terlalu jauh.

Sampai akhirnya aku bingung memberimu nama. Hitungan waktu mengatakan bahwa kau orang asing. Kau stranger yang datang tiba-tiba di tengah dinginnya jogja malam hari. Tapi kehangatan yang kau berikan seperti menegaskan bahwa kau pernah tercatat dalam sejarah. Siapakah kau, hei orang asing?

Aku bingung harus mendefinisikanmu apa. Kau seperti dua sisi mata uang.

Hello, are you sure my stranger?


Friday, July 4, 2008

SAJAK CINTA FLEUR DE LIESH

Ku kirimi kau serangkai cinta pada pagi buta
Sebening embun di setiap rongga
Ku kirimi kau serangkai cinta pada senja tua
Sesunyi lembayung di setiap jiwa
Jiwa kita

Thursday, June 12, 2008

APAKAH SEMUA INI, TUHAN?


Sebenarnya hidup ini apa? Mengapa ada yang harus pergi dan ada yang harus ditinggalkan. Ada pula yang harus bersedih.

Untuk apa kita dilahirkan kalau pada akhirnya harus pergi? Dan kepergian itu mengundang duka. Mengundang sedih, tangis, dan sakit.

Apa gunanya waktu berputar. Memunculkan yang baru, mengganti yang rapuh dan meranggas. Apakah semua ini, Tuhan?

Ah, aku begitu penakut. Aku takut melihat kenyataan. Ibu, maafkan aku. Aku tak bisa pulang. Karena jika aku pulang, aku harus mempercayai bahwa Bapak sudah tidak ada.

Saturday, June 7, 2008

SALAM KENAL


Halo, salam kenal. Ini blog baru saya.

Nama saya Fleur de Nufus. Dalam bahasa prancis, Fleur de Nufus artinya bunga Nufus. Ya, karena setiap orang bisa menjadi bunga-bunga, paling tidak untuk orang-orang yang dicintai dan mencintainya. OK, kau bisa memanggilku nufus.

Silahkan menikmati blog saya. Dan jangan lupa untuk beri komentar.

Semoga bermanfaat. Terima kasih.

Scripta manent, verba Volant. Yang tertulis akan mengabadi, dan yang terucap akan berlalu bersama angin.