Monday, December 27, 2010

Hujan di Malam Selasa dan Ingatan atas Final AFF Semalam

Malam selasa yang dingin. Hujan mengguyur Yogyakarta sesore ini, sampai magrib usai. Seperti semalam, dan hampir tiap malam sebelumnya.

Desember selalu menjadi bulan yang basah. Semoga bukan basah air mata. Yang ada justru hujan umpatan pendukung timnas perihal laser yang digunakan pendukung Harimau Malaya di Stadion Bukit Jalil Malaysia semalam. Aku menonton kekalahan timnas di Warung Burjo di dekat kos bersama seorang kawan, juga penonton lain di burjo itu yang meski tak kukenal tapi tetap kuanggap sebagai kawan. Bagaimana tidak, kami tertawa bersama, berceloteh bersama, dan sama-sama mengumpat ketika gol meleset atau bola masuk ke gawang sendiri.

Semoga bukan basah air mata. Sebab kuberharap, lebih tepatnya bangsa ini berharap, timnas berhasil membawa obor kemenangan. Sebab kemenangan ini punya dua makna; menang atas final piala AFF lawan Malaysia dan menang pada eksistensi bangsa mengingat konflik Malaysia-Indonesia yang memanas belakangan ini. Bahwa bangsa kita bukan bangsa bodoh yang kedaulatannya bisa seenaknya diinjak-injak.

Bukankah lebih baik berharap, ketimbang terlalu banyak misuh-misuh perihal Nurdin Halid yang bodoh. Saya tak tahu banyak perihal bola dan segala tetek-bengeknya. Tapi saya kira Nurdin Halid memang bodoh. Entah bangku sekolah mana yang pernah mendidik dia. Saya membayangkan sekolah itu mendadak mereformasi kurikulum terkait output yang mengecewakan seperti Nurdin itu. Hahahaaa….

Ah, saya nulis apa sih….


*maaf, niat hati menuliskan kegiatan sehari-hari, jadinya malah gak jelas begini…

Tuesday, December 14, 2010

NEGOSIASI

badai datang. apakah kita akan terus seperti ini atau
segera mengambil keputusan.

kau menyarankan kita
mendayung layaknya para nelayan
sedang aku lebih sepakat untuk
memperbaiki perahu yang retak dan berlubang
terlebih dahulu.

awan gelap, kilat memercikkan
cahaya. dan kita terus saja
bernegosiasi alot tentang pasalpasal.

HARAPAN

;untuk NA

di kotaku lampu warnawarni berkilauan
setiap hari
setiap malam
merah, biru, kuning.
satu kilaunya menemaniku mengeja bait katakata
tapi tidak
aku memilih merapatkan jaket dari dingin angin selatan.

rindu, cinta; untukmu.
mungkin suatu saat
aku akan mencobanya

Monday, December 6, 2010

KESEMPATAN

Kedatanganmu mencipta ketakutanketakutan
Sore tadi aku baru menyadari kebodohanku;
Membukakan pintu meski belum membiarkanmu masuk.
Bukan.
Semua bukan hanya perihal secangkir kopi yang terseduh di pagi hari—meski itu tetap akan jadi masalah tersendiri
Tapi kenyataan bahwa aku belum sempat menarik nafas segar pegunungan
—dan aku masih menginginkannya
Mencari mawarmawar yang hendak kutanam di pekarangan pada esok hari, esok dan esoknya lagi
Lalu berdoa semoga kuncupnya segera mekar dan menjelma menjadi sebuah buku ceritayang akan menjadi kenangan terindah sepanjang masa
Bukankah ini kesempatan langka untuk mencipta bungabunga beterbangan?
Kukira hari belum terlalu senja saat aku mendaki puncak cahaya—dan kuyakini benar itu