Masih penasaran soal punggungku dicakar si kucing Che?
Begini ceritanya…
Che dalam kondisi kotor dan bau ketika aku pulang. Tempat grooming terdekat tutup karena habis lebaran. Besok paginya Che kumandiin sendiri.
Semua kamar mandi di rumah mami pintunya tak bisa menutup sempurna. Maklum udah lebih dari dua dekade. Jadi aku duduk mandiin Che sambil jagain pintu. Biar dia ga kabur.
Awalnya proses mandi berjalan lancar dan Che tertib. Pas air hangat di bak habis, aku berdiri ambil air dari kolam. Che langsung ambil kesempatan, nyoba buka pintu. Aku buru-buru balik ke posisi duduk dekat pintu.
Merasa jalan kaburnya terhalang, Che nyakar pinggang kiriku. Aku langsung mengaduh dan mengerutkan punggung kesakitan.
Che terus cari jalan keluar. Dia cakar punggungku. Berkali-kali. Berkali-kali. Aku jadi membayangkan bagaimana si penjaga satwa di kebun binatang di Purbalingga yang dicakar harimau beberapa waktu lalu (lebai sih tapi kejadiannya sama-sama dicakar).
Terpikir untuk pukul Che, atau jedotin dia ke tembok. Tapi aku terlalu sayang dia. Begitulah bagaimana cinta membutakan mata (Lol).
Aku selimuti Che dengan handuk. Dia langsung tenang dan terkendali.
Besoknya aku demam ringan. Begitu dicek, bekas cakarannya memang banyak dan dalam. Mami ngomel-ngomel karena aku ga langsung ngiyain pas kemarin doi nawarin betadin. Waktu itu aku belum mandi dan kukira efeknya ga akan parah.
Selama tiga hari aku minum vitamin dan antibiotik. Sekarang sih udah pulih.
Mungkin pesan moralnya begini: kalau mau mandiin kucing, pastikan pintunya tertutup sempurna. Mendingan numpang di kamar mandi sodara atau tetangga, daripada jadi korban cakaran dan sakit berhari-hari.