Friday, December 30, 2016

Merubah Kultur Bisnis Kreatif

Sebagai bisnis kreatif yang mengurusi pembangunan branding, Makna Creative memiliki prospek cemerlang. Menggiurkan dari sisi ekonomis sekaligus menuntaskan hasrat bertravelling.

Keenan Pearce, 25 tahun, memperoleh tawaran besar, alumnus jurusan Manajemen Universitas Pelita Harapan ini diminta membuat kampanye media sosial untuk maskapai penerbangan Batik Air. Pada 2014 itu Batik Air baru saja melaunching media sosial dan kepingin akun tersebut leading di jagat persosmedan. Kompensasi yang ditawarkan menggiurkan, berkisar dua pertiga miliar.

Dengan tawaran sebesar itu, Keenan membutuhkan bendera. Menggandeng Ernanda Putra, 32 tahun, alumni almamater yang sama, yang telah satu dekade menekuni desain grafis dan fotografi. Keduanya merintis sebuah perusahaan yang bergerak di sektor jasa pembangunan branding, aktivasi media sosial dan visual dengan nama Makna Creative pada 7 Oktober 2014.

Sudah sejak lama Ernanda kepingin memiliki perusahaan dengan nama yang berasal dari bahasa sendiri. Nama Makna, yang berarti arti, sengaja dipilih dengan harapan perusahan mereka dapat berarti bagi banyak orang.

Di bawah bendera Makna Creative, Keenan dan Ernanda berkeliling ke sejumlah kota di Indonesia demi mengabadikan rute dan destinasi Batik Air. Dengan kampanye media sosial #BatikJelajahNusantara, permintaan perusahaan yang hanya 10.000 follower dapat terpenuhi, bahkan hingga 15000 follower selama 4 bulan.

Selepas itu, tawaran pekerjaan datang silih berganti. Klien berdatangan mulai dari Adidas hingga Cathay Pacific. “Bisnis ini memiliki prospek menarik. Di Indonesia belum banyak perusahaan yang bermain,” kata Ernanda.

Kedua laki-laki muda yang hobi berbelanja ini memang pilih-pilih profesi. Mereka melakoni pekerjaan yang mengandung 3 hal. Menggiurkan dari sisi ekonomi, memacu untuk terus belajar dan berkembang, juga bisa membawa keduanya bepergian kemana saja. “Makna Creative jawabannya,” kata Keenan, sumringah. Setiap bepergian, mereka menambahkan #perjalananbermakna.

Tahun pertama berdiri, Makna Creative tak memiliki tempat untuk berkantor. Mereka menjadikan cafĂ© atau apartemen sebagai tempat merumuskan ide dan melakoni pekerjaanbersama. “Kami memanfaatkan apa yang ada,” kata Keenan.

Tahun berikutnya, kantor resmi Makna Creative terwujud. Di lantai 2 Southbox, Jakarta Selatan, Keenan dan Ernanda, juga 2 pegawai yang direkrut kemudian, berkreasi.

Makna Creative berupaya merubah tatanan mainstream soal bisnis kreatif hanya dikerjakan di kantor. Selain bepergian, Makna Creative menggali inspirasi dari mana saja. Dari arsitektur yang ditemui di jalanan, karya seni, film, atau bahkan berbincang bersama teman. Perbincangan pun tak sebatas obrolan ringan, tapi juga soal politik terkini. “Kita mengerjakannya dengan santai dan riang, tapi tetap serius,” kata Keenan.

Umumnya pola kerja bisnis kreatif berjibaku tak kenal waktu. Makna Creative memiliki tradisi berbeda. Mereka menerapkan jam kerja layaknya jam kantor, mulai pukul 10 hingga pukul 6 sore. Tak ada waktu lembur, tak ada pekerjaan yang dilakukan di malam hari. 

Penerapan jam kerja itu justru bertujuan agar mereka memaksimalkan pekerjaan dan kreatifitas. “Semua pekerjaan harus selesai sebelum jam pulang. Jadi efektif. Di luar Makna, kami ada kehidupan yang harus dijalani, kehidupan keluarga dan kumpul bersama teman-teman,” kata Ernanda.