Thursday, April 16, 2015

Kenangan dari Secangkir Kopi

FILOSOFI KOPI
Sutradara: Angga Dwimas Sasongko
Pemain: Chicco Jerikho, Rio Dewanto, Julie Estelle

Produksi: Visinema Pictures, 2015





Upaya berdamai dengan masa lampau melalui kopi. Plus minus adaptasi cerpen populer ke dalam film.


Sejak kedatangan El (Julie Estelle), perilaku Ben (Chicco Jerikho) berubah seratus delapan puluh derajat. Dulu, barista bergaya selengean itu berperangai riang. Kini ia lebih sering bermuram durja. Bersama hilangnya keceriaan Ben, raib pula masa depan Filosofi Kopi, kafe yang ia rintis bersama Jody (Rio Dewanto).


Perubahan itu bermula dari respons El atas secangkir Perfecto yang Ben sajikan. Menurutnya, ada kopi lain yang lebih enak ketimbang mahakarya racikan Ben itu. Perfecto adalah hasil kerja keras Ben untuk menjawab tantangan seorang pengusaha yang akan mengganjar mereka Rp 1 miliar jika berhasil menyajikan rasa kopi paling sempurna sedunia.



Kopi terbaik pesaing Perfecto itu ada di lereng pegunungan Ijen, Jawa Timur. Peraciknya adalah petani kopi tua bernama Seno (Slamet Rahardjo) dan istrinya (Jajang C. Noer). Mereka menyebutnya kopi Tiwus. Satu gelas seduhan kopi Tiwus itu memengaruhi banyak hal dalam kehidupan Ben. Dari urusan membangkitkan kenangan hingga runtuhnya kebanggan semu yang ia bangun bersama Perfecto.



Kisah tersebut terangkai dalam film Filosofi Kopi garapan sutradara Angga Dwimas Sasongko. Ceritanya diadaptasi dari sebuah cerita pendek berjudul sama yang ditulis oleh Dewi Lestari pada 1996. Lazimnya sebuah karya layar lebar yang bersumber pada cerpen, ada sejumlah pengembangan karakter dan cerita dalam Filosofi Kopi dengan tujuan --yang cukup mudah ditebak-- mengetengahkan efek dramatis dalam target durasi lebih panjang.



Contohnya kehadiran cewek cakep bernama El. Versi cerpen Filosfi Kopi tidak mengenal karakter ini. Dalam film, ia dimunculkan sebagai sosok penting dalam hubungan persahabatan Ben dan Jody. Lainnya adalah pengungkapan latar belakang kehidupan Ben. Versi cerpen hanya mengenalnya sebagai barista ambisius, petualang citra rasa kopi yang rela keliling dunia demi menemukan koresponden kopi terbaik.



Penggarapan film hasil adaptasi cerpen dengan adaptasi novel sangat berbeda dalam soal penulisan naskah. Film hasil adaptasi novel adalah peringkasan cerita dari ratusan halaman kisah panjang ke dalam durasi film yang terbatas. Sebaliknya, untuk memenuhi durasi tersebut, sutradara harus putar otak mengembangkan karakter dan kisah dari belasan lembar halaman cerpen.



Metode berbeda dalam penulisan naskah ini memberi nilai lebih pada film hasil pengembangan cerpen. Sifat dasar medium visual gerak itu sendiri memiliki kelebihan soal penyuguhan narasi secara langsung. Dalam film, pembaca menemukan afirmasi visual atas imajinasi mereka saat membaca teks tertulis soal kepiawaian seorang barista mengemas secangkir cappuccino cantik.



Tapi medium itu sekaligus menjadi keterbatasan karena tak seperti film, interpretasi teks berkembang seiring berkembangnya pengetahuan dan imajinasi pembaca. Misalnya, narasi ketika Jody dan Ben mencicip kopi tiwus pertama kali. Deskripsi perubahan sikap keduanya, versi cerpen jauh lebih menggigit ketimbang versi film.



Dalam film, Ben tidak langsung mereguk. Ia menghirup aroma kopi sambil dengan kesal menyaksikan ekspresi Jody mencicipi kopi sambil memejamkan mata. Setelah itu, karena tuntutan pengembangan cerita, Ben kabur meninggalkan gubuk kopi Pak Seno untuk memasukkan kisah masa lalunya yang pahit. Itu berbeda dengan modus ungkap dalam cerpen yang mengungkap momen awal runtuhnya kebanggan Ben itu dengan kalimat, "Ben cuma membisu. Hanya matanya diliputi misteri. Perlahan, aku ikut menenggak. Dan... kami berdua tak bersuara. Teguk demi teguk berlalu dalam keheningan."



Adaptasi cerpen dalam film memberikan ruang yang sangat luas pada penulis naskah untuk mengembangkan alur cerita. Tidak semua hasilnya enak dihirup dan diteguk penonton. Seperti tragedi ketidaksempurnaan citra rasa Perfecto yang dibuat dengan "standar akademis" tinggi di hadapan kopi Tiwus yang sederhana dan penuh cinta.