Friday, December 30, 2011

Rasa Jepang Laku di Indonesia











Siapa tak kenal manga, sushi, karate, maupun origami. Berbagai budaya Jepang itu rupanya banyak disukai di Indonesia. Potensi inilah yang dibidik Khozali. Melalui makanan takoyaki, ia berhasil meraup omset Rp150juta tiap bulannya.

Tina dan Lita, mahasiswa Yogyakarta begitu menyukai takoyaki. Mereka kerap membeli takoyaki di Outlet Tuanmuda di Jl. Kaliurang. Keduanya sama-sama menyukai takoyaki jenis Sakori yang berisi cumi-cumi. Selain rasanya yang lezat, Sakori juga berisi lebih banyak takoyaki daripada jenis takoyaki lainnya.

Takoyaki berbentuk bulat seperti telur. Makanan berbahan dasar tepung, mentega dan telur ini menjadi nikmat dengan isian daging serta taburan tuna kering, mayonaise dan saus tomat di atasnya. Kenikmatan inilah yang membuat makanan asal jepang ini disukai masyarakat Yogyakarta. Tak heran bila Ali, panggilan Khozali pemilik outlet takoyaki berlabel Tuanmuda ini mampu meraup banyak rupiah.

Ali merintis Tuanmuda pada akhir semester kuliahnya di Jurusan Advertising Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Ide itu berawal dari kegiatannya mengikuti kursus bahasa jepang di salah satu lembaga kursus. Di tempat kursus itu, selain diajarkan tata bahasa dan aneka percakapan sehari-hari, Ali juga diharuskan mempelajari budaya Jepang, termasuk makanannya. Seorang guru native yang mengajarkannya memasak mengajak Ali untuk bekerja sama membuat bisnis takoyaki. Gurunya berpendapat takoyaki cocok untuk lidah orang indonesia, karena bukan berasal dari daging mentah seperti sushi. Apalagi waktu itu belum ada outlet makanan yang menjual takoyaki.

Waktu itu tahun 2008. Ali menerima tawaran itu. Gurunya menyiapkan peralatan dan aneka menu, sedangkan Ali mengerjakan marketing and kitchen dengan aneka atraksinya. Dengan label Takoyakiku, Ali dan gurunya keluar masuk event untuk mempromosikan takoyaki.

Kebersamaan itu hanya bertahan 1,5 tahun. Ali dan gurunya memilih berpisah karena berbeda pemahaman.

Ali membuka kembali outlet takoyaki pada 9 September 2009. Ia mengeluarkan modal Rp150ribu saja untuk menyewa tempat di Jl Piere Tendean Wirobrajan. Kali ini ia memakai label Takoyaki untuk outlet barunya. Namun label itu dikomplain pengusaha takoyaki asal Bandung, karena merasa telah meregister nama Takoyaki untuk labelnya. “Jadilah saya yang mengalah,” ujar Ali yang lahir 26 Mei 1982 ini.

Akhirnya Ali mengganti nama outletnya dengan nama Tuanmuda. Nama itu merupakan pelesetan dari tua dan muda, seperti harapan Ali agar takoyakinya disukai berbagai masyarakat, baik tua maupun muda yang berjiwa muda. “Di balik nama kan ada doa,” ungkap laki-laki asal Palembang ini.

Tuanmuda menyajikan aneka menu takoyaki seperti Sakori yang berisi cumi-cumi, Nakoru yang berisi kornet sapi, Unacheese yang berisi dan bertabur keju, juga Saramon yang berisi daging ikan salmon. Aneka rasa itu dibuat agar takoyaki disukai oleh baramuda, sebutan untuk penggemar takoyaki Tuanmuda. Baramuda cukup mengeluarkan Rp10ribu saja untuk bisa memperoleh seporsi takoyaki berisi 4 atau 5 butir yang nikmat.

Untuk perkembangan menu, kini Tuanmuda menyajikan menu lain seperti okonomiyaki dengan varian O’Kumi, O’Bifu, O’Kobi, O’Salamu yang masing-masing berharga Rp15ribu per porsi. Tuanmuda juga menyajikan Sushi dan Onigiri yang dijual seharga Rp25ribu untuk 5 pcs Sushi dan Rp25 ribu untuk 3 pcs Onigiri. Dari harga itu, Tuanmuda memperoleh laba sekitar 40-50% dri modal.

Kini Tuanmuda telah memiliki 5 outlet di Yogyakarta dan 2 outlet lain di Jambi dan Solo. Di Yogyakarta, selain di Wirobrajan, Tuanmuda juga memiliki outlet di Jl. Urip Sumoharjo, Jl. Kaliurang, Jl. Seturan dan Jl. Palagan Tentara Pelajar. Sejumlah outlet itu dikelola oleh 20 SDM.

Dari outlet di Yogyakarta saja, Ali bisa memperoleh Rp 120juta perbulan. Sedangkan dari outlet di Solo dan Jambi ia memperoleh Rp30 juta. Sehingga dari seluruh outlet, Ali bisa meraup Rp150juta per bulan.

Hotel Matahari

Hotel Matahari merupakan hotel bintang 2 yang terletak di Prawirotaman, kampung turis yang terkenal di Yogyakarta. Posisinya persis pada jalur utama yang menghubungkan kota dengan Pantai Parangtritis.

Jarak hotel dengan Malioboro, Kraton dan kawasan 0 kilometer Kota Yogyakarta dapat ditempuh hanya dalam waktu 5 menit saja. Sedangkan jarak hotel dengan Pantai Parangtritis dapat ditempuh dalam waktu 25 menit saja.

Pada hampir setiap dinding hotel yang memiliki pelayanan standar internasional ini terpampang berbagai lukisan. Lukisan-lukisan indah yang mempunyai kesan tersirat ini menambah kesan elegan dan berkelas pada hotel ini.

Di Hotel Matahari, terdapat 64 kamar hotel yang disediakan, termasuk 2 deluxe rooms dan 1 family suite yang memberikan kenyamanan maksimal. Kamar-kamar mewah ini didesain dengan nuansa asri dan desain interior yang sebagian besar terbuat dari kayu. Berbagai fasilitas disediakan pada kamar tersebut seperti AC, telepon, kamar mandi, TV parabola dan balkon. Untuk standard room bertarif Rp. 260.000, moderate room bertarif Rp. 280.000, superior room Rp. 300.000, deluxe room Rp. 550.000, family room Rp.370.000 dan family suite Rp 750.000

Selain itu, di hotel ini juga terdapat 4 convention rooms dengan fasilitas lengkap yang memiliki kapasitas 20 sampai 300 orang. Aneka menu makanan spesial dan lezat juga disediakan di restaurant and bar, mulai dari makanan indonesia sampai makanan cina.

Hotel Matahari menyediakan fasilitas olah raga dan rekreasi yang lengkap. Berbagai fasilitas seperti bar, pusat kebugaran, coffee lounge, 24 jam room service, layanan laundry, karaoke, kolam renang, layanan taksi, dan area parkir juga tersedia di hotel ini.

Toko Oleh-Oleh Yogyakarta Juga Menjual Oleh-Oleh Dari Luar Yogyakarta

Toko oleh-oleh Ongko Joyo berada di sebelah barat Jl. Malioboro, tepatnya di Jl. AIP II KS Tubun No 65. Di sepanjang jalan itu berdiri toko-toko yang menjual oleh-oleh dari Jogja. Di sepanjang jalan itu pula, berderet rumah-rumah yang memproduksi bakpia.

Menu utama yang dijual toko Ongko Joyo adalah bakpia. Bakpia yang dijual Ongko Joyo adalah Bakpia 25 yang terkenal kelezatannya. Ny. Sie Tek Ong pertama kali membuatnya tahun 1948. Awalnya ia hanya coba-coba membuat bakpia dan ia titipkan ke warung-warung kecil. Usaha ini mulai berkembang pesat di tahun 1980an dan berkembang terus hingga kini.

“Bakpia 25 berbeda dari bakpia lainnya. Bakpia kami kulitnya jauh lebih tipis dibanding isinya. Itulah yang membuat rasanya lebih enak dan lezat,” ujar Tusiati, Marketing Manager Bakpia 25.

Selain itu, bakpia 25 membeli bahan baku dari bahan-bahan pilihan. Untuk bakpia isi nanas misalnya, Bakpia 25 tidak menggunakan selai yang ada di pasaran, tapi membuat selai sendiri agar kualitasnya tetap terjaga. Untuk kacang ijo mereka menggunakan kacang ijo piihan yang diperoleh dari Kediri dan sekitarnya. Selain itu, untuk tetap menjaga kualitas, bakpia yang dibuat hari itu harus dijual pada hari itu juga.

“Untuk tetap menjaga kualitas, bakpia yang kami jual juga pasti fresh from the oven. Jadi bakpia yang dibeli hari ini pasti dibuat hari ini juga,” ujar Tusi.

Bakpia 25 membuka 5 toko oleh-oleh di Yogyakarta. Sejumlah 2 toko berada di Jl Laksda Adisucipto dengan nama Kembang Jaya dan Bandara Jaya, 1 di Pasar Pathuk Jl Bayangkara dan 2 di Jl. KS Tubun. Salah satu dari toko yang berada di Jl. AIP II KS Tubun NG I/504, sekaligus menjadi tempat memproduksi bakpia. Semua toko dan rumah produksi itu berada di bawah naungan Bakpia 25.

Setiap harinya toko-toko itu selalu dipenuhi konsumen yang berasal dari berbagai daerah seperti Jakarta, Sumatera, atau Kalimantan. Mereka datang ke Yogyakarta untuk berlibur atau mengikuti berbagai diklat dan pelatihan. Begitu juga turis dari luar negeri seperti Malaysia, Singapura, atau Belanda kerap kerap membeli oleh-oleh di sana.

Meskipun tanpa pengawet, bakpia basah bisa awet sampai 4 hari, sedangkan bakpia kering bisa awet sampai seminggu. Itulah mengapa bakpia kerap menjadi oleh-oleh utama turis yang mengunjungi Yogyakarta.

Paling tidak 500 dus bakpia terjual setiap harinya. Jika hari libur jumlah itu bisa meningkat sampai 2 kali lipat. Untuk sekotak bakpia yang berisi 15 buah harganya Rp15 ribu, untuk sekotak bakpia rasa kacang ijo yang berisi 20 buah harganya Rp22 ribu. Sedangkan sekotak bakpia rasa keju, coklat, nanas, atau kumbu hitam harganya Rp25 ribu.

Di rumah produksi itu pengunjung bisa melihat langsung proses pembuatan bakpia. Bakpia 25 tak menarik tarif untuk pengunjung yang ingin melihat proses pembuatan bakpia. “Kalaupun ada yang memaksa memberi uang, kami arahkan agar uang itu digunakan untuk membeli jualan kami saja,” ujar Tusiati.

Kemudahan itu membuat Bakpia 25 kerap menerima kunjungan dari berbagai sekolah juga penelitian dari berbagai universitas. Baru-baru ini Bakpia 25 menerima kunjungan mahasiswa dari Lampung dan Bandung. “Paling sering sih dari Pesantren Gontor. Mereka tiap tahun berkunjung kesini,” tutur Tusiati.

Selain bakpia yang asalnya dari Yogyakarta, Ongko Joyo juga menjual aneka oleh-oleh lain dari sekitar Yogyakarta. seperti lanting dari Gombong, intip dari Solo, geplak dari Bantul, jenang dari Kudus, sampai dodol garut dari garut. Berbagai oleh-oleh selain bakpia yang berasal dari pulau jawa itu hasil konsinyasi atau kerjasama titip jual.