Saturday, July 7, 2018

Kisah sukses Banjarmasin diet kantong plastik

Kini warga Banjarmasin telah terbiasa menenteng tas dari rumah untuk memuat barang belanjaan setiap datang ke ritel modern.

Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, layak menjadi kota teladan yang sukses dan konsisten mengurangi sampah plastik.

Saat uji coba kantong plastik berbayar di ritel modern di 22 kota sepanjang Februari – Juni 2016 lalu berakhir dan belum berlanjut hingga kini, Banjarmasin justru melangkah lebih jauh.

Lewat Peraturan Walikota Banjarmasin nomor 18 tahun 2016 tentang Larangan Penggunaan Kantong Plastik bagi Ritel dan Toko Modern, wilayah ini memberlakukan aturan pelarangan penyediaan kantong plastik di ritel-ritel modern seperti Alfamart, Indomart, Giant, dan sebagainya, mulai 1 Juni 2016.

Asisten Bidang Perekonomian Kota Banjarmasin, Hamdi, mengatakan, saat beraudiensi, perusahaan-perusahaan ritel itu justru antusias. Mereka bersedia mengimplementasikan kebijakan itu dan berupaya bersama mengurangi sampah plastik di Banjarmasin.

“Mereka malah menyambut baik, siap bekerja sama dengan kami,” ujar Hamdi, Selasa, di Jakarta.

Awal implementasi, kata Hamdi, memang tidak mudah. Menggunakan dan menenteng kantong plastik seusai belanja dari ritel telah menjadi tradisi sejak lama.

Kasir toko ritel kerap dikomplain pembeli yang belum terbiasa dengan kebijakan itu.

“Karena kebiasaan. Belanja ke ritel, ke pasar tradisional, pakai plastik yang akhirnya menjadi sampah, tapi memang kebiasaan itu harus diubah,” kata Hamdi.

Banjarmasin sebetulnya tidak termasuk dalam 22 kota uji coba diet kantong plastik yang ditetapkan pemerintah pusat. Namun wilayah ini kebanjiran sampah rumah tangga sekitar 640 ton setiap hari, yang sekitar 30 persennya merupakan sampah plastik.

Wilayah itu mengonsumsi sekitar 52 juta lembar kantong plastik per bulan. Sampah-sampah plastik itu pun tak semuanya berakhir di TPA. Sebagiannya dibakar atau dibuang sembarangan, bahkan hingga ke sungai dan menjadi sampah di sana.

"Jumlah itu yang ingin kita kurangi,” kata Hamdi.

Atas dasar keprihatinan itulah, pemerintah rajin mensosialisasikan Peraturan Walikota itu. Dengan berkampanye bersama berbagai komunitas dan lewat media.

"Bertahap warga mulai paham bahaya kantong plastik, berkat bantuan komunitas dan media ini,” kata Hamdi.

Seiring berjalannya waktu, toh upaya itu menuai hasil juga. Kini warga Banjarmasin telah terbiasa menenteng tas dari rumah untuk memuat barang belanjaan setiap datang ke ritel modern.

Bahkan, kota itu berhasil mencatat penghematan lebih dari Rp500 juta setahun hasil penghapusan belanja kantong plastik.

“Di ritel sudah sukses, kini kami akan merambah ke pasar tradisional,” ujar Hamdi.

Pegiat Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik Tiza Mafira mengatakan sampah kantong plastik amat berbahaya karena tidak dapat terurai. Sampah itu hanya terurai menjadi mirkoplastik, itu pun setelah ratusan tahun.

Sampah-sampah itu, kata Tiza, kemudian menyebar ke sungai, laut dan membahayakan binatang.

"Makanya kita sering dengar ada paus atau kura-kura mati dan ketika dibedah ada berkilo-kilo kantong plastik di perutnya,” ujar dia.

Indonesia memproduksi sekitar 45 miliar lembar plastik per tahun dan hanya sedikit yang kemudian dapat diolah kembali.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengatakan bahwa kunci sukses pengurangan sampah plastik adalah lewat kolaborasi berbagai pihak. Baik dari produsen, masyarakat, pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Apalagi, kata Siti, pemerintah telah menetapkan pengurangan 30 persen sampah plastik pada 2025 nanti. Kebijakan itu terejawantahkan lewat Perpres nomor 97 tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

Meneladani Kota Banjarmasin, dua wilayah lain di Indonesia turut menginisiasi pembatasan kantong plastik, seperti Kabupaten Badung, Bali, dengan gerakan Badung Anti Kantong Plastik yang diluncurkan 27 Mei 2018 dan diimplementasikan Juni 2018.

Selain itu, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, mulai melakukan hal yang sama pada 3 Juli 2018.​

9 comments:

  1. Salut deh sama Banjarmasin. Semoga kebijakan ini bisa lekas ditiru di kota-kota lainnya.

    ReplyDelete
  2. Salut buat warga Banjarmasin. Jika dibandingkan dengan segelintir oknum di Jakarta yang masih tidak sadar bahayanya sampah plastik.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga ke depan makin banyak orang yang mempraktekkan pola hidup less plastic :)

      Delete
  3. Semoga di susul oleh daerah lainnya juga ya...

    ReplyDelete
  4. Semoga di susul oleh daerah lainnya juga ya...

    ReplyDelete
  5. Banjarmasin dan Kalimantan Selatan terkenal dengan wisata pasar apungnya. Semoga tidak ada sampah di sekitar destinasi wisata tersebut.

    ReplyDelete
  6. Wah semoga daerahain bisa menyusul karena bahaya sampah terutama sampah plastik mengkhawatirkan, seperti bom waktu yg siap meledak.

    ReplyDelete