Ini bukan sembarang kotak. Kerajinan yang terbuat dari kertas daur ulang dan kertas kado ini mampu menjadi kotak penghasil rupiah.
Sigit tak pernah menyangka, usahanya yang sudah 5 tahun ia jalani dalam bidang pembuatan kerajinan kotak kado mampu menghasilkan omset Rp 35 juta sebulan. “Kalau bukan karena Mbak menghitung tadi, saya nggak pernah tahu. Lha wong nggak pernah memegang uang segitu banyak. Begitu laku sedikit, uang hasil penjualan langsung saya alokasikan ke gaji pegawai dan belanja bahan,” tutur Sigit tercengang melihat hasil kalkulasi usahanya.
Terang saja Sigit bisa memperoleh omset sebegitu besar. Bagaimana tidak, setiap minggu ia menjual kerajinan kotak kado yang ia buat di Sunday Morning (Sanmor) dan memperoleh omset sekitar Rp 3 juta – Rp 3,5 juta. Dalam sebulan, dari hasil penjualan di Sanmor saja, paling tidak ia bisa memperoleh sekitar Rp. 12 juta. Jumlah itu belum ditambah hasil penjualan pesanan dari reseller yang biasanya melebihi hasil penjualan di Sanmor. Maka tak heran bila nominal Rp. 35 juta masuk ke kantong Sigit dalam sebulan.
Produk yang Sigit buat adalah aneka macam kotak kado dari kertas dengan label Dunia Pelangi. Ada loker mini, kotak aksesoris, loker lipat, kotak perlengkapan, dan banyak lagi. “Awalnya saya lihat loker mini dari bahan plastik di supermarket. Harganya mahal sekali. Lalu saya coba membuat bentuk yang sama dari bahan kertas, karena modelnya pun tidak terlalu rumit. Ternyata loker mini dari bahan kertas harganya lebih terjangkau,” tutur Sigit.
Moristririni, isteri Sigit menambahkan bahwa penggunaan bahan kertas lebih ramah lingkungan. “Kertas sekalipun sudah jadi sampah tetap bisa didaur ulang. Lain halnya dengan plastik. Kertas yang kami pakai juga kertas daur ulang,” tambah Moristririni.
Bermodalkan Rp 2 juta, Sigit dan sang isteri membuat aneka bentuk kotak kado. Teman-temannya yang menjadi distributor dengan menyuplainya ke toko-toko. Selain itu, Sigit yang sedari 2001 berjualan sabuk dan hanger di Sanmor, juga memajang kotak kado karyanya di Sanmor. “Ternyata di Sanmor laku juga dan penjualannya cepat sekali,” terang Sigit antusias.
Bahan yang digunakan ia peroleh dari Yogyakarta dan luar kota. Untuk kertas daur ulang, kertas samson dan perlengkapan lainnya ia peroleh dari Yogyakarta. Sedangkan kertas kado ia peroleh dari Solo atau Jakarta, “Di Solo atau Jakarta lebih murah daripada di kota lain,” ujar Sigit.
Melihat prospek yang bagus, Sigit dan Moristririni semakin semangat mencari bentuk lain yang lebih menarik. Mereka terinspirasi oleh barang-barang apa saja yang ada di sekitar. “Terinspirasinya spontan saja. Waktu lihat laptop, kami jadi punya ide membuat tempat aksesoris yang bisa dibuka praktis dan ada ceminnya,” ungkap Moristririni. Bentuknya pun kini tidak melulu kotak. Ada yang berbentuk hati, segitiga, bintang, lingkaran, atau kotak. Harganya pun beragam. Mulai dari Rp 2000 sampai Rp 19000. Untuk reseller Sigit memberikan harga lebih murah, sekitar Rp 1500 sampai Rp 16000.
Seiring makin banyaknya pesanan, Sigit pun mulai memberdayakan tetangganya. Ia dan istrinya dibantu oleh 12 orang tetangga. “Saya menyediakan bahan dan memotongnya untuk mereka kerjakan di rumah masing-masing,” ujar Sigit. Upah yang diterima sesuai item yang mereka buat. Untuk loker mini upahnya Rp 1500. Untuk kotak kado upahnya Rp 500 – Rp 3000, tergantung ukuran.
Kini kotak kado karya Dunia Pelangi merambah Jakarta, Medan, Palembang, Banjarmasin, Jombang, Nganjuk, Klaten, Solo, Purworejo, Purwokerto, Lombok, bahkan Sulawesi. Untuk Lombok dan Sulawesi, Dunia Pelangi terkendala permasalahan transportasi. “Karena kebetulan reseller kami rumahnya di pelosok dan jauh dari bandara, jadi mereka sering kesulitan mengambil paketnya,” keluh Sigit.
Sigit juga sering kesulitan dalam memperoleh bahan. Ketika Merapi meletus misalnya, Sigit kesulitan memperoleh kertas daur ulang yang biasanya ia pasok dari warga Sleman yang berlokasi di Lereng Merapi. “Untungnya waktu itu kami masih menyimpan stok, jadi tetap bisa berproduksi walaupun tidak sebanyak biasanya,” ujar Sigit. Jika kertas kado di Solo ataupun Jakarta sedang kosong, Sigit pun ketiban pusing, karena ia terpaksa membelinya di Yogyakarta yang harganya lebih mahal.
Bahan: kertas daur ulang, kertas samson, lem kuning, lem kayu, lem putih, kertas kado
Cara Pembuatan:
· Rekatkan kertas daur ulang dengan kertas samson menggunakan lem kayu. Kertas samson berfungsi sebagai bagian dalam agar bercak-bercak pada kertas daur ulang tidak nampak. Gosok menggunakan tangan atau alat lain agar rekatan merata.
· Potong rekatan kertas tadi sesuai ukuran yang dibutuhkan.
· Rakit potongan-potongan kertas menggunakan lem kuning. Bila ada kertas tersisa, potong dengan gunting atau cutter.
· Tempeli bagian luar kotak dengan kertas kado menggunakan lem putih.
· Beri aksesoris yang dibutuhkan.
saya berminat untuk berjualan kotak ini, kalau boleh saya tau, kemana saya harus menghubungi bapak sigit ?
ReplyDeleteAda contack person & alamat workshop Pak Sigit?
ReplyDeleteMaaf ya ikut jawab, kapan hari aku ke sanmor minta name card pak sigit nah ini cp nya : SIGIT , 087839977797 / 085879959597
ReplyDeleteAlamat : krapyak wetan, jl parangtritis km 3.5, rt II, blok 15, sewon bantul, yogyakarta belakang KOI
wah, jualan Pak Sigit laku nih. Selamat.... selamat...
ReplyDeleteSAYA MENJUAL celengan langsung aja wa 085643733325
ReplyDelete