Selama 20 tahun, Mice konsisten dengan karakter
kartunnya yang satire namun dikemas dengan lucu. Memotret perubahan sekaligus
multikulturalisme Indonesia.
Hayati Nupus
JAKARTA (AA) – Seorang perempuan keluar dari pintu
rumahnya di sebuah pemukiman kumuh Jakarta. Rumahnya sempit, hanya serentangan
tangan, berjendela seadanya dengan atap seng. Lengkap dengan seekor induk ayam
bersama anaknya mencari makan di halaman rumah itu yang berlantai tanah.
“Maak... Rani berangkat yaa… Assalamualaikum,”
ucap perempuan itu, dalam gambar pertama.
Kondisi itu kontradiktif dengan gambar kedua,
meski masih dengan tokoh yang sama. Rani tak lagi berada di pemukiman kumuh,
melainkan tengah memasuki kompleks perkantoran gedung-gedung bertingkat dengan
lanskap taman yang luas nan rapi.
Kartunisnya, Muhammad “Mice” Misrad, membubuhkan
paradoksal “tempat tinggal” dan “tempat kerja” itu dengan judul Ironi. Dibuat
pada 2014, menggambarkan betapa kesenjangan ekonomi dan strata sosial di
Jakarta, kota metropolitan yang menjadi ibukota Indonesia, begitu tinggi. Satire,
namun dikemas dengan gaya kartun strip yang ringan.
Kartun ini dipajang dalam pameran Indonesia
Senyum: 20 Tahun Mice Berkarya di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, 21 Juli-4
Agustus 2018. Menyajikan karakter khas kartun-kartun Mice yang menyindir,
memuji, meledek dan memotret perangai orang Indonesia dari beragam latar
belakang.
Dari duet hingga solo karier
Mice menggambar sejak duduk di bangku sekolah
dasar. Kartun-kartunnya mulai bertebaran di berbagai media sejak dia menempuh
Sekolah Menengah Atas, lantas melanjutkan studi di Pendidikan Seni Rupa
Institut Kesenian Jakarta.
Namanya kian moncer sejak kartun garapannya
bersama Benny Rachmadi, Benny & Mice, rutin menyapa pembaca Kompas Minggu setiap
pekan. Kartun-kartun Benny & Mice memotret kehidupan urban Indonesia. Ini
adalah dua karakter pemuda ibukota sederhana yang rajin mengkritisi apa saja
yang mereka temui di sekitar. Poskamling, cara berdandan orang-orang sekitar, kemiskinan,
pengaruh gawai dalam keseharian kita, hingga politik dan ekonomi.
Dalam pameran ini, kartun-kartun Mice terbagi
dalam empat kategori: kartun politik, keseharian urban, kartun yang
membicarakan gawai, dan kartun profil.
Dalam kartun politik, Mice menyindir kebijakan
hukuman mati yang berlaku bagi koruptor di Arab Saudi, China dan Indonesia yang
sama-sama memperoleh hukum potong. Di Arab Saudi koruptor dihukum dengan potong
tangan dan di China koruptor dihukum dengan potong kepala. Serupa dengan itu,
koruptor di Indonesia memperoleh potongan, tapi potong masa tahanan.
Mice juga memotret perilaku lucu Fans Berat Bang
Rhoma yang menduplikasi gaya The King of Duth itu dari jambang dan jenggot,
intonasi suara diberat-beratkan, hingga trade mark kemeja dengan kancing
terbuka yang memamerkan dada berbulu.
Evelyn Huang, yang menguratori pameran ini,
mengatakan, kartun-kartun Mice menggambar ulang realita atau situasi terkini
sekaligus menghibur audiensnya. Dia mengamati, mengendapkan ide, dan berkarya
merespon kejadian di sekitarnya.
“Mice mampu mengajak kita bercermin pada kenorakan
di dalam diri kita sendiri. Kesederhanaan pola pikir karakter Mice menawarkan
kesegaran di tengah gaya hidup urban yang ingar bingar lewat dialog
culture-shock yang diperankan Mice,” tutur Evelyn, panjang lebar, Kamis, kepada
Anadolu Agency.
Karakter ini pertama kali terbit menjadi buku pada
2007, berjudul Benny & Mice: Jakarta Luar Dalam. Menyusul buku berikutnya
pada tahun yang sama berjudul Edisi Koleksi Lagak Jakarta jilid 1 & 2.
Selepas itu, buku-buku kartun Benny & Mice
terus terbit 2-3 kali dalam setahun. Hingga kedua karakter itu pisah ranjang,
dan Mice tetap melanjutkan karakter kartunnya di Kompas Minggu setiap pekan
pada 2010.
Pada tahun yang sama, Mice mulai mengisi kartun untuk
surat kabar Rakyat Merdeka dengan karakter Rony. Jika kartun Mice menggambarkan
kehidupan kelas menengah ibukota, Rony, laki-laki berpeci yang kritis, justru memandang
politik praktis dari perspektif masyarakat akar rumput. Seturut karakter Rony yang
lahir dengan latar belakang krisis ekonomi dan gejolak politik 1997.
Tujuh tahun bersama dalam Benny & Mice memang
perjalanan panjang. Sampai-sampai kedua kartunis ini menyamakan karakter
coretan yang bahkan keduanya kadang sulit membedakan.
“Karena gambar mereka sama persis,” kata Evelyn.
Perpisahan itu juga berpengaruh pada bentuk karya.
Namun sepeninggal Benny, tokoh Mice tak lagi sendiri. Kadang-kadang dia bersama
karakter mama, kedua anaknya, Hana dan Safa, kadang juga bersama sahabatnya,
Leon.
Kemunculan karakter-karakter tambahan itu, kata
Evelyn, seiring perkembangan kehidupan Mice yang kemudian menikah dan memiliki
anak.
Evelyn mengatakan karya-karya Mice banyak
terinspirasi oleh kartunis Malaysia Datuk Mohammad Nor Khalid atau Datuk Lat
dan dosennya saat menempuh studi di IKJ Tantio Ajie. Juga kreator The Simpsons,
Matt Groening.
Indonesia, menurut Evelyn, memiliki segudang
kartunis yang memboyong isu politik, namun sedikit yang serius menekuni tema
gaya hidup. Mice salah satunya. Dari yang sedikit itu, selain Mice, adalah
Sheila Rooswitha Putri dan Haryadi. Bedanya, kartun-kartun karya Sheila lebih
berpektif pengalaman perempuan.
Pameran kartun-kartun Mice sebetulnya bukan yang
pertama. Pada 2010 lalu, pameran serupa hadir dalam Benny & Mice Expo, saat
Mice belum bersolo karier. Kartun-kartun Mice juga turut serta dalam berbagai pameran
bersama kartunis-kartunis lainnya.
Indonesia Senyum: 20 Tahun Mice Berkarya ini
menjadi pameran tunggal pertama sekaligus menandai perjalanan karier karakter
Mice selama dua dekade dalam kancah perkartunan, cum, persatiran nasional. Dua
dekade bukanlah waktu yang pendek untuk memotret perubahan sekaligus keragaman
Indonesia.
“Selama dua dekade itu, kartun Mice menjadi salah
satu representasi Indonesia multikultural yang seperti bandul yang terus
bergerak antara kemelut dan harapan, antara keputusasaan dan optimisme, antara
keterpurukan dan kejayaan,” kata Evelyn.
Wah sayang banget ga tahu ada pameran ini. Pasti seru banget liat kartun Mice versi besar. Kartunnya bagus2.
ReplyDelete"Dalam kartun politik, Mice menyindir kebijakan hukuman mati yang berlaku bagi koruptor di Arab Saudi, China dan Indonesia yang sama-sama memperoleh hukum potong. Di Arab Saudi koruptor dihukum dengan potong tangan dan di China koruptor dihukum dengan potong kepala. Serupa dengan itu, koruptor di Indonesia memperoleh potongan, tapi potong masa tahanan."
ReplyDeleteIni sindiran yang paling epic untuk negeri ini.
Aku pernah baca sekilas nih komik-komiknya. Lucu-lucu dan unik banget. Kalau di Harian Serambi Indonesia yang terbit di Aceh, ada kartun Gam Cantoi yang ikonik banget. Sudah ada sejak aku belum lahir.
ReplyDeleteBenny & Mice, saya juga suka sama komik kartunnya yang satir. Btw Benny itu kemana ya setelah pisah jalan dengan Mice?
ReplyDelete