Monday, July 27, 2015

Hilal, Keluarga dan Lebaran

MENCARI HILAL
Sutradara : Ismail Basbeth
Pemeran : Deddy Sutomo, Oka Antara, Toro Margens, Erythrina Baskoro
Produksi: MVP Pictures, Studio Denny JA, Dapur Film, Argi Film dan Mizan Productions, 2015

Dialog sosial dalam ragam konflik personal dan keagamaan. Film yang memperlihatkan ''wajah'' berbeda Ismail Basbeth.

Pertengkaran kecil di masjid seusai berbuka puasa itu menjadi klimaks dari perseteruan ayah-anak, Mahmud (Deddy Sutomo) dengan Heli (Oka Antara). Heli memilih angkat kaki. Sementara Mahmud tetap pada tujuan utama; mencari hilal dari Goa Hira yang tinggal beberapa kilometer jauhnya.

Sumber foto: twitter.com/mencarihilal
Mahmud adalah ayah berusia 60 tahun yang taat agama namun keras kepala. Sementara itu, Heli adalah anak bungsu yang kecewa lantaran ayahnya lalai menjaga ibunya hingga meninggal. Heli kemudian memilih menjadi aktivis lingkungan dan jarang pulang ketimbang tinggal bersama ayah serta kakak perempuannya.

Kembalinya Heli ke rumah bertujuan untuk meminta tolong sang kakak yang bekerja di kantor Imigrasi. Ia perlu memperpanjang paspor secepatnya demi misi lingkungan di Nikaragua. Namun permohonan itu bersyarat, sang kakak meminta Heli untuk menemani Mahmud yang sakit-sakitan dalam proyek pencarian hilal.

Mengunjungi tempat tinggi untuk mengamati hilal adalah tradisi Mahmud semasa menjadi santri. Tradisi itu hilang bersamaan dengan tutupnya pesantren. Sementara proyek pengamatan hilal yang dilakukan pemerintah menghabiskan miliaran rupiah yang justru berbuntut perpecahan di kalangan masyarakat dan ormas Islam.

Perjalanan spiritual dan muara konflik ayah-anak itu terekam dalam film Mencari Hilal (The Crescent Moon). Film ini hasil kerja bareng lima rumah produksi: MVP Pictures, Studio Denny JA, Dapur Film, Argi Film, dan Mizan Productions. Produsernya pun keroyokan, yaitu Hanung Bramantyo, Salman Aristo, Putut Widjanarko, dan Raam Punjabi. Sutradaranya adalah Ismail Basbeth, yang lewat Another Trip to The Moon tampil sebagai nominator Tiger Awards di International Film Festival Rotterdam Januari lalu.

Berbeda dari Another Trip to The Moon yang surealis dan miskin dialog, Mencari Hilal bergaya realis dengan narasi jelas dan riuh dengan dialog. Basbeth yang begitu asyik mengeksplorasi dialog personal dalam Another Trip to The Moon, kini melalui Mencari Hilal, ia memaparkan dialog sosial lewat interaksi ayah-anak, masyarakat dengan pemerintah, serta ragam wajah Islam di Nusantara berikut perdebatannya. Sementara benang merah kedua film ini adalah pencarian identitas dan kemerdekaan di tengah kuasa politik serta struktur sosial.

Plot cerita Mencari Hilal mengalir lancar atas bantuan narasi yang oke, sinematografi yang ciamik serta akting dan pengembangan karakter yang menunjukkan kerja keras para aktornya.

Film ini direncanakan tayang di bioskop-bioskop mulai 15 Juli dan menjadi film pengisi libur Lebaran. Isu ''hilal'' membuat tema film ini nyambung dengan percakapan sosial yang mengemuka saban awal Ramadan dan Syawal. Sementara pesan tentang dialog antar-anggora keluarga, telah menjadi semacam menu utama dalam konteks silaturahmi dan budaya saling maaf-memaafkan saat Lebaran.

Formulasi itu --kecuali fakta bahwa film ini punya selera humor yang terbatas-- tampaknya telah jauh-jauh hari dirancang oleh lima produser, juga untuk menangkap peluang pasar di libur Lebaran. Jika itu sukses dikemas, tujuan lain tentu akan seiring-sejalan. Indonesia adalah negeri dengan mayoritas muslim yang konsumtif. Ini tentu pasar potensial bagi produk apa saja yang islami, termasuk film.