Sunday, September 19, 2010

JAMILA TANPA SANG PRESIDEN

Judul : Jamila dan Sang Presiden
Sutradara: Ratna Sarumpaet
Produser: Syahril Kahar, Ratna Sarumpaet, Raam Punjabi
Pemain: Atiqah Hasiholan, Christine Hakim, Adjie Pangestu, Ria Irawan, Dwi Sasono, Surya Saputra, Fauzi Baadillah, dll.
Produksi: Satu Merah Panggung/mvp Pictures
Durasi: 87 menit


Jamila (Atiqah Hasiholan) masuk penjara! Ia menyerahkan diri karena menjadi pelaku pembunuhan seorang menteri (Adjie Pangestu). Di penjara itulah ia bertemu dengan Ria (Christine Hakim), sipir perempuan yang ketus dan kejam. Di penjara itu pula, identitas Jamila dan bagaimana ia sampai menjadi pembunuh dikisahkan dengan narasi flash back.

Jamila kecil berusia enam tahun dijual ayahnya ke seorang mucikari. Ibu Jamila berhasil merebut kembali Jamila dan menitipkannya di rumah keluarga Wardiman yang terhormat.

Di rumah keluarga Wardiman Jamila hidup tentram. Ia rajin belajar dan mengaji. Namun siapa sangka, ketika beranjak dewasa, Jamila menjadi budak seks yang dipakai bergiliran oleh Pak Wardiman dan Hendra putranya. Jamila geram. Ia membunuh kedua laki-laki tersebut dan melarikan diri.

Saat Jamila melarikan diri, berbarengan dengan adanya razia WTS. Jamila pun turut dibekuk. Lewat razia ini Jamila bertemu dengan Susi (Ria Irawan), yang kemudian menjadi teman sekaligus kakaknya.

Di penjara, baru diketahui kalau ternyata Jamila juga terkait dengan terbunuhnya gembong perdagangan perempuan di Kalimantan. Pembunuhan itu terjadi ketika Jamila tengah melacak keberadaan adiknya yang menjadi korban perdagangan anak perempuan. Fatimah, adik Jamila dijadikan pelacur kecil merangkap pengedar narkoba oleh gembong itu.

Menteri yang dibunuh tersebut rupanya kekasih Jamila yang pernah berjanji akan menikahi Jamila. Namun kemudian ia menikah bukan dengan Jamila, pekerja seks yang tengah mengandung anaknya, tapi dengan perempuan lain demi citra baik. Peluru yang akan digunakan menteri untuk membunuh jamila akhirnya bersarang di dada menteri oleh tangan Jamila sendiri.

Persidangan menjadi kontroversial dengan maraknya demonstrasi yang dipolitisir oleh sekelompok fanatik (Fauzi Baadilah) yang mengatasnamakan agama. Kelompok fanatik tersebut mendukung hukuman mati untuk Jamila karena dianggap dosa besar telah membunuh dan menjadi pelacur.


Minus Peran Presiden
Film yang diangkat dari teater berjudul Pelacur & Sang Presiden ini berhasil meraih NETPAC (The Network for the Promotion of Asian Cinema) Award pada festifal Asiatica Film Mediale yang berlangsung di Roma pada penghujung 2009. NETPAC merupakan wadah para kritikus, produser, distributor, kurator, eksibitor dan educator perfilman yang sangat berkompeten dalam perfilman Asia. Jamila dan Sang Presiden juga sempat mewakili Indonesia dalam kompetisi Piala Oscar 2010.

Hal yang patut diacungi jempol adalah aspek artistik dan originalitas tema. Jamilah dan Sang Presiden menjadi angin segar bagi perfilman Indonesia saat ini yang banyak didominasi tema-tema seputar komedi, horror dan percintaan remaja. Jarang sekali sineas Indonesia yang mengangkat realitas permasalahan bangsa dalam film, apalagi diiringi dengan ketajaman kritik social, kasus human trafficking yang menjadi tema sentral dalam Jamilah dan Sang Presiden ini misalnya.

Di luar itu, film berdurasi 87 menit ini menggunakan kata ‘presiden’ dalam judul hanya bersifat simbolik. Sebab tak ada keterlibatan presiden secara langsung dalam film ini. Kata presiden disebut-sebut hanya pada saat Jamila menolak permohonan grasi yang diusulkan pengacara. Tampilnya tokoh presiden secara langsung hanya berkisar beberapa detik, itu pun hanya menggambarkan presiden yang sedang diam termenung.

Minusnya peran presiden di sini tak hanya dalam film, tapi juga dalam realitas yang sebenarnya. Setiap tahun, dua ratus ribu anak indonesia di bawah umur diperdagangkan dengan alasan kemiskinan dan kurangnya pendidikan. Sejumlah perempuan dan anak-anak Indonesia diperdagangkan khusus untuk eksploitasi seksual terutama di wilayah Asia dan Timur Tengah. Indonesia juga menjadi Negara transit dan tujuan human trafficking, sekaligus menempati urutan ke-3 negara yang bermasalah dalam permberantasan human trafficking pada tahun 2007.

Nasib Jamila dalam Jamila dan Sang Presiden hanya satu contoh dari fenomena gunung es permasalahan traficking di indonesia. Masih banyak Jamila-Jamila lain di luar sana yang sejak masih bocah dijual dan ketika dewasa dijadikan mesin pemuas seks. Mereka berjuang sendiri melawan kerasnya kehidupan. Lantas di mana kau Sang Presiden?

No comments:

Post a Comment