MENCARI
HILAL
Sutradara
: Ismail Basbeth
Pemeran
: Deddy Sutomo, Oka Antara, Toro Margens, Erythrina Baskoro
Produksi:
MVP Pictures, Studio Denny JA, Dapur Film, Argi Film dan Mizan
Productions, 2015
Dialog
sosial dalam ragam konflik personal dan keagamaan. Film yang
memperlihatkan ''wajah'' berbeda Ismail Basbeth.
Pertengkaran
kecil di masjid seusai berbuka puasa itu menjadi klimaks dari
perseteruan ayah-anak, Mahmud (Deddy Sutomo) dengan Heli (Oka
Antara). Heli memilih angkat kaki. Sementara Mahmud tetap pada tujuan
utama; mencari hilal dari Goa Hira yang tinggal beberapa kilometer
jauhnya.
Sumber foto: twitter.com/mencarihilal |
Kembalinya
Heli ke rumah bertujuan untuk meminta tolong sang kakak yang bekerja
di kantor Imigrasi. Ia perlu memperpanjang paspor secepatnya demi
misi lingkungan di Nikaragua. Namun permohonan itu bersyarat, sang
kakak meminta Heli untuk menemani Mahmud yang sakit-sakitan dalam
proyek pencarian hilal.
Mengunjungi
tempat tinggi untuk mengamati hilal adalah tradisi Mahmud semasa
menjadi santri. Tradisi itu hilang bersamaan dengan tutupnya
pesantren. Sementara proyek pengamatan hilal yang dilakukan
pemerintah menghabiskan miliaran rupiah yang justru berbuntut
perpecahan di kalangan masyarakat dan ormas Islam.
Perjalanan
spiritual dan muara konflik ayah-anak itu terekam dalam film Mencari
Hilal (The Crescent Moon). Film ini hasil kerja bareng lima rumah
produksi: MVP Pictures, Studio Denny JA, Dapur Film, Argi Film, dan
Mizan Productions. Produsernya pun keroyokan, yaitu Hanung Bramantyo,
Salman Aristo, Putut Widjanarko, dan Raam Punjabi. Sutradaranya
adalah Ismail Basbeth, yang lewat Another Trip to The Moon tampil
sebagai nominator Tiger Awards di International Film Festival
Rotterdam Januari lalu.
Berbeda
dari Another Trip to The Moon yang surealis dan miskin dialog,
Mencari Hilal bergaya realis dengan narasi jelas dan riuh dengan
dialog. Basbeth yang begitu asyik mengeksplorasi dialog personal
dalam Another Trip to The Moon, kini melalui Mencari Hilal, ia
memaparkan dialog sosial lewat interaksi ayah-anak, masyarakat dengan
pemerintah, serta ragam wajah Islam di Nusantara berikut
perdebatannya. Sementara benang merah kedua film ini adalah pencarian
identitas dan kemerdekaan di tengah kuasa politik serta struktur
sosial.
Plot
cerita Mencari Hilal mengalir lancar atas bantuan narasi yang oke,
sinematografi yang ciamik serta akting dan pengembangan karakter yang
menunjukkan kerja keras para aktornya.
Film
ini direncanakan tayang di bioskop-bioskop mulai 15 Juli dan menjadi
film pengisi libur Lebaran. Isu ''hilal'' membuat tema film ini
nyambung dengan percakapan sosial yang mengemuka saban awal
Ramadan dan Syawal. Sementara pesan tentang dialog antar-anggora
keluarga, telah menjadi semacam menu utama dalam konteks silaturahmi
dan budaya saling maaf-memaafkan saat Lebaran.
Formulasi
itu --kecuali fakta bahwa film ini punya selera humor yang terbatas--
tampaknya telah jauh-jauh hari dirancang oleh lima produser, juga
untuk menangkap peluang pasar di libur Lebaran. Jika itu sukses
dikemas, tujuan lain tentu akan seiring-sejalan. Indonesia adalah
negeri dengan mayoritas muslim yang konsumtif. Ini tentu pasar
potensial bagi produk apa saja yang islami, termasuk film.
No comments:
Post a Comment