Malam selasa yang dingin. Hujan mengguyur Yogyakarta sesore ini, sampai magrib usai. Seperti semalam, dan hampir tiap malam sebelumnya.
Desember selalu menjadi bulan yang basah. Semoga bukan basah air mata. Yang ada justru hujan umpatan pendukung timnas perihal laser yang digunakan pendukung Harimau Malaya di Stadion Bukit Jalil Malaysia semalam. Aku menonton kekalahan timnas di Warung Burjo di dekat kos bersama seorang kawan, juga penonton lain di burjo itu yang meski tak kukenal tapi tetap kuanggap sebagai kawan. Bagaimana tidak, kami tertawa bersama, berceloteh bersama, dan sama-sama mengumpat ketika gol meleset atau bola masuk ke gawang sendiri.
Semoga bukan basah air mata. Sebab kuberharap, lebih tepatnya bangsa ini berharap, timnas berhasil membawa obor kemenangan. Sebab kemenangan ini punya dua makna; menang atas final piala AFF lawan Malaysia dan menang pada eksistensi bangsa mengingat konflik Malaysia-Indonesia yang memanas belakangan ini. Bahwa bangsa kita bukan bangsa bodoh yang kedaulatannya bisa seenaknya diinjak-injak.
Bukankah lebih baik berharap, ketimbang terlalu banyak misuh-misuh perihal Nurdin Halid yang bodoh. Saya tak tahu banyak perihal bola dan segala tetek-bengeknya. Tapi saya kira Nurdin Halid memang bodoh. Entah bangku sekolah mana yang pernah mendidik dia. Saya membayangkan sekolah itu mendadak mereformasi kurikulum terkait output yang mengecewakan seperti Nurdin itu. Hahahaaa….
Ah, saya nulis apa sih….
*maaf, niat hati menuliskan kegiatan sehari-hari, jadinya malah gak jelas begini…
No comments:
Post a Comment