Thursday, September 8, 2011

Dari Limbah untuk Keberlangsungan Lingkungan

Limbah selalu menjadi masalah. Residu yang dihasilkan pusat-pusat produksi menjadi pekerjaan rumah yang belum juga selesai di berbagai negara. Namun siapa sangka dari limbah ternyata bisa menjadi rupiah. Bahkan menjaga keberlangsungan lingkungan.

Lunar Cipta Kreasi melihat peluang menjaga keberlangsungan lingkungan itu. Kayu bekas bongkaran rumah misalnya, yang disulap menjadi rak etalase. Atau kayu sisa rel kereta yang disulap menjadi lampu hias. Juga kayu sisa pembuatan furnitur yang disulap menjadi furnitur utuh yang unik. Tujuan kami tidak semata-mata demi target ekonomi, tapi juga demi penghargaan terhadap alam,” tutur Satya Brahmantya, Creative Director Lunar Cipta Kreasi yang akrab dipanggil Bram itu.

Lunar berlokasi di Jl. Palagan Tentara Pelajar Km. 10,2 No. 45 Sleman Yogyakarta. Selain sebagai kantor, di lokasi itu juga terdapat show room dan tempat produksi. Barang-barang yang diproduksi berupa tas dan home deco dengan desain unik seperti furnitur, lampu hias dan aksesoris. Untuk lampu hias, harga dimulai dari Rp100 ribu, sedangkan tas dimulai dari harga Rp150 ribu. Selain itu Lunar juga membuka retail di Jl. Kemang Timur Raya 43 B Jakarta.

Lunar mulai berdiri pada 2001 dengan memproduksi limbah menjadi barang-barang mewah. Pangsa pasar yang dibidik adalah konsumen luar negeri seperti Jepang dan berbagai negara di Eropa. Baru beberapa tahun belakangan merambah ke pasar lokal. Tanpa disadari, visi misi penghargaan terhadap alam sejalan dengan yang dilakukan Sustainable Furniture Council (SFC), sebuah lembaga yang konsern terhadap furnitur ramah lingkungan yang berpusat di New York, Amerika Serikat. Untuk memastikan seperti apa teknik yang dipakai di SFC, Bram langsung mendatangi negeri Paman Sam itu. Di sana ia mendapati bahwa teknik yang disebut sustainable atau keberlangsungan yang digembor-gemborkan SFC ternyata sudah lebih dulu dipakai Lunar, bahkan di Indonesia secara umum. “Asalkan bukan perusahaan besar, apa yang dilakukan pengusaha indonesia sudah sustainable. Karena proses produksi kami tidak menghabiskan energi yang terlalu tinggi. Apalagi kalau perusahaan kecil, biasanya lebih mengutamakan penggunaan bahan-bahan sisa,” jelas Bram.

Bram juga memberikan contoh banyaknya kearifan lokal di Indonesia yang ternyata sangat sustainable. Memotong bambu misalnya, yang dilakukan pada musim ketiga, musim transisi kemarau ke hujan, “karena begitu musim hujan, pohon bambu yang telah dipotong tumbuh subur kembali.” Selain masa memotong bambu, aneka ragam hitung-hitungan jawa untuk mencari waktu yang tepat menebang pohon juga sustainable.

Dalam menjalankan bisnisnya, Lunar menggunakan prinsip 3 R, yaitu reduce, reuse dan recycle. “Kami mereduce atau mengurangi energi yang kami pakai,“ ujar Bram. Misalnya pada proses pengangkutan, Lunar menggunakan material yang ada di daerah sekitar saja, misalnya Semarang dan Solo, sehingga tidak terlalu banyak menggunakan bahan bakar. Mesin yang digunakan juga mesin standar peralatan rumahan atau home industry yang membutuhkan energi rendah. “Kalau mesin industri besar pakai energi besar sekali, hingga 1300 watt. Kami hanya pakai yang 450 watt saja, dengan pertimbangan tidak eksploitasi alam” tambah Bram.

Untuk reuse, Lunar menggunakan bahan-bahan yang sudah tidak terpakai. “Contohnya kayu sisa bongkaran rumah yang disulap menjadi etalase ini,” Bram menunjukkan salah satu etalase. Untuk recycle, Lunar mendaur ulang kembali material sisa yang telah menjadi limbah. Komposisinya 60% material sisa dan 40% material baru, ”Karena kalau bahan sisa semua harganya jadi lebih mahal. Kayu sisa yang potongannya kecil misalnya, disusun secara unik untuk menjadi sandaran kursi. Jika tidak dimanfaatkan, limbah-limbah kayu itu digunakan masyarakat untuk dijadikan kayu bakar. Hasil pembakaran kayu akan menghasilkan emisi yang merusak lingkungan.

Kayu yang digunakan untuk produksi 80% kayu jati. Selain itu juga menggunakan kayu munggur, kayu pinus, kayu akasia, ranting jati, serat abaka, serat rami, serat rumput gebang dan serat mendong. Semua bahan-bahan tersebut alami dan mudah di peroleh di Indonesia. Dari menjaga keberlangsungan lingkungan tersebut, Lunar memperoleh omset sampai Rp400 juta per bulan.

Sampai saat ini, Lunar mempekerjakan 120 orang karyawan yang merupakan hasil pemberdayaan masyarakat sekitar. Sebagian dari mereka merupakan karyawan sub produksi yang menyuplai spare part yang akan digunakan produk Lunar. Ada yang membuat kaki meja saja, ada juga yang membuat sandaran kursi. “Mereka punya tempat dan skill mengolah kayu, kami mensuplai alat dan mereka mensuplai hasil ke kami. Memberdayakan mereka juga bagian dari menjaga keberlangsungan lingkungan, yang berarti menjaga keseimbangan antara lingkungan, sosial dan ekonomi,” ujar Bram.

No comments:

Post a Comment