Bobby Earl Freeberg & RI-02: Mantan Pilot Angkatan Udara Amerika Serikat Berjuang untuk Kemerdekaan Indonesia
Penulis:
Hendri F Isnaeni
Penerbit:
Kompas, Jakarta, 2015, xvi+168 halaman
Meski
warga Amerika, Bob memiliki kiprah besar dalam perjuangan Indonesia
pasca-kemerdekaan. Mengantar Sukarno berkeliling Sumatera untuk
menggalang dana hingga menyelundupkan candu.
Bobby
Earl Freeberg keluar dari kokpit dengan wajah tegang. Kita dibuntuti
beberapa pesawat tempur Belanda, katanya pada kedua penumpangnya,
Ktut Tantri dan Abdul Mun'im. Ktut adalah perempuan Amerika yang
berempati pada perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sedangkan Abdul
Mun'im adalah Konsul Jenderal Mesir di India.
Dalam
penerbangan dari Singapura menuju Yogyakarta dengan menyewa pesawat
komersial milik Commercial Air Lines Incorporated (CALI) Filipina
itu, Ktut bertugas menemani Mun'im yang menjadi utusan Raja Farouk
dari Mesir beserta tujuh negara Arab lainnya, untuk menyampaikan
pengakuan resmi kemerdekaan Indonesia. Ketiganya berhasil tinggal
landas dari bandara Singapura setelah menyamar menjadi kuli romusa.
Kabar
bahwa Ktut dan Konsul Jenderal Mesir terbang ke Yogyakarta rupanya
tercium juga oleh Belanda. Pesawat-pesawat Belanda memaksa Bob agar
mendaratkan pesawatnya di Jakarta saja.
Bob
meminta agar kedua penumpangnya duduk di bagian belakang pesawat,
menghindari jendela dan mengencangkan ikat tempat duduk. "Percuma
saja kami bertempur melawan Jepang di Pasifik jika yang begini saja
tidak bisa. Belanda-Belanda itu bisa saja menembak jatuh, tapi mereka
tak akan bisa memaksa kita mendarat. Akan kita pamerkan kemampuan
kita sedikit kepada mereka," kata Bob, yakin.
Ketika
pesawat terbang mendatar kembali, operator radio menginformasikan
bahwa Belanda sudah lewat. Mereka lolos dari kejaran dan sudah berada
di langit Kalimantan. Beberapa jam kemudian, sampailah mereka di
tanah tujuan, Yogyakarta.
Bob
kelahiran McCune, Negara Bagian Kansas, Amerika Serikat, 1921. ia
mewujudkan mimpi masa kecil untuk menjadi pilot dengan mendaftar di
Angkatan Laut Amerika Serikat. Selepas menjadi perwira pada Maret
1942, Bob bertugas di Patrol Squadron Bombing (VPB) dan dikirim ke
daerah Pasifik. Tugasnya menyusuri pulau-pulau di Lautan Pasifik demi
mencari kapal Jepang yang bersembunyi.
Perang
usai, Bob bekerja sebagai pilot di CALI. Dari hasil tabungannya
selama bekerja, ia berhasil memiliki Dakota Douglas C-47 Skytrain.
Dengan pesawat itu, pada 6 Juni 1947 ia lepas landas dari Filipina
menuju Pulau Jawa.
Demi
urusan politik dan logistik, selepas deklarasi kemerdekaan,
pemerintah harus membuka koneksi keluar negeri. Sebagai negara baru
merdeka, saat itu Indonesia belum memiliki apa-apa. Tidak ada mesin
ketik, alat kantor, pesawat terbang, kata Sukarno waktu itu.
Pemerintah
Indonesia kemudian mencarter pesawat asing yang berani menembus
blokade Belanda. Bob adalah salah satu pilot pesawat asing itu. "
Namaku Bob Freeberg. Aku orang Amerika. Aku seorang pilot dan menaruh
simpati pada perjuangan Anda. Bantuan apa yang dapat kuberikan? "
kata Bob kepada Presiden Sukarno.
Bob
memiliki kiprah besar dalam perjuangan Indonesia pasca-kemerdekaan.
Bersama Bob dan pesawatnya, Pemerintah Indonesia menembus angkasa
demi beragam misi. Mengekspor hasil bumi seperti kina dan vanili,
bahkan menyelundupkan candu ke berbagai negara. Dari hasil ekspor
itu, pemerintah membiayai segala kebutuhan sebagai negara baru.
Dakota
C-47 milik Bob kemudian memperoleh nomor registrasi RI-002. Ini
pesawat resmi kenegaraan pertama Indonesia. Nomor RI-001 sengaja
disimpan untuk pesawat kepresidenan kemudian hari.
Bersama
RI-002, Bob pernah mengantar Sukarno dan rombongan kepresidenan
berkeliling Sumatera untuk menggalang dana. Mereka menyusuri
Bukittinggi, Tapanuli, Aceh, Pekanbaru, Jambi, Bengkulu dan Lampung
selama satu bulan. Itu adalah satu-satunya perjalanan presiden ke
luar Pulau Jawa sebelum agresi militer Belanda terjadi enam bulan
kemudian.
Bob
bukanlah satu-satunya orang asing yang turut berkiprah dalam
perjuangan kemerdekaan Indonesia. Selain Bob, sederet nama lain
dinyatakan punya peran. Dua di antaranya adalah Ktut Tantri dan John
Coast, yang justru lebih banyak dikenal ketimbang Bob.
Dengan
sebutan Surabaya Sue, Ktut turut mengobarkan dukungan terhadap
kemerdekaan Indonesia melalui siaran radio pada 1945. Sementara itu,
Coast adalah orang Inggris yang menjadi atase Presiden Sukarno di
Bangkok. Coast mengabadikan kisah hidupnya dalam buku Recruit to
Revolution: Adventure and Politics in Indonesia (1952).
Baru tau ttg fakta sejarah ini, terima kasih untuk postingnya
ReplyDeletehttps://yogaprakosonugroho.wordpress.com/category/resensi-buku/
Hai https://yogaprakosonugroho.wordpress.com/category/resensi-buku/. Thanks juga udah berbagi di blogmu :)
ReplyDelete