Monday, February 11, 2019

Cara komunitas bersihkan gunung dari sampah


-->
Trashbag Community mengajak setiap pendaki untuk memunguti sampah yang berserakan di gunung.

























Hayati Nupus
JAKARTA
Satu demi satu kantong sampah itu sampai ke posko pendakian Gunung Salak di Bogor, Jawa Barat. Puluhan pendaki yang tergabung dalam Trashbag Community memboyongnya dari atas gunung. Jenisnya bermacam-macam, dari kantong plastik, botol plastik, puntung rokok, styrofoam, bungkus permen, kaca, beling, kaleng minuman, baju, sepatu sebelah, jaket, hingga celana dalam. Berderet dan bertumpuk di dalam kantong yang memenuhi halaman posko.
Sekretaris Jenderal Trashbag Community Nusantari Permata Hati menuturkan kepada Anadolu Agency jika mulanya dia dan komunitas memperkirakan sampah yang akan dibawa turun hanya berkisar 300 kilogram. Nyatanya perkiraan mereka meleset jauh. Setelah ditimbang, sampah-sampah itu berlipat dari perkiraan semula menjadi 600 kilogram. Mayoritas sampah itu berupa plastik kemasan, botol plastik, dan puntung rokok.
“Puntung rokok secara fisik kecil, orang menganggap itu sepele, tapi karena jumlahnya banyak ya bobotnya berat juga,” kata Nusantari kepada Anadolu Agency, Senin.


Sapu Jagad bersihkan gunung dari sampah
Aksi membersihkan gunung dari sampah itu bernama Sapu Jagad, digelar setiap dua tahun sekali oleh Trashbag Community. Aksi pada 15-24 Agustus 2017 sekaligus peringatan proklamasi kemerdekaan Indonesia itu digelar di 17 gunung. Salak, Ciremai, Kerinci, dan lainnya. Mereka mendaki gunung bersama sambil memunguti sampah-sampah yang ditemui sepanjang perjalanan.
Aksi itu sempat viral di media sosial. “Harapannya bukan hanya pendaki yang tahu di gunung banyak sampah dan harus dibersihkan, tapi juga masyarakat umum,” kata Nusantari.
Sampah-sampah itu mereka peroleh tak hanya dari sepanjang jalur pendakian, melainkan juga dari tebing, jurang dan segala tempat yang masih sanggup mereka jangkau. Berbekal tali-temali dan carabiner, mereka tak ragu untuk menuruni jurang demi membersihkan gunung dari sampah.
Dari 17 gunung itu, kata Nusantari, mereka beroleh sampah hingga 4 ton. Setelah dihitung dan dipilah sesuai jenisnya, sampah-sampah itu mereka serahkan ke pihak taman nasional untuk diproses lebih lanjut.
Trashbag Community terbentuk pada 11 November 2011 di Gunung Gede-Pangrango, Jawa Barat. Digagas oleh Ragil Budi Wibowo dan enam orang lainnya, komunitas ini berawal dari keprihatinan melihat banyaknya sampah berserakan di wilayah pendakian. Lantas mereka mengkampanyekan aksi memunguti sampah non-organik dan membawanya kembali turun gunung.
Komunitas ini berkembang pesat. Dengan jargon Gunung Bukan Tempat Sampah, komunitas ini kini beranggotakan sekitar 6.205 orang. Umumnya mereka berasal dari kelompok pecinta alam maupun pendaki biasa.
Kini Trashbag Community tersebar di 15 Dewan Pengurus Daerah (DPD) dan 25 Dewan Pengurus Cabang (DPC) yang tersebar di seantero nusantara. Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, Bali, Lombok, Sulawesi Utara, Kalimantan Barat dan Sumatera Barat.

 Sampah ganggu ekosistem
Mendaki gunung sambil berjongkok memunguti sampah bukanlah perkara mudah, ungkap Nusantari. Sementara tas besar tetap harus ada di punggung mereka sebagai bekal perjalanan.
“Capek juga, apalagi mungutin sampah yang kecil seperti punting rokok, kita harus benar-benar jongkok untuk mengambilnya,” ujar Nusantari.
Sampah non-organik yang berserakan di gunung tak hanya mengotori lingkungan, lanjut Nusantari, namun sekaligus mengganggu keseimbangan ekosistem di wilayah itu. Apalagi sampah plastik yang butuh ratusan tahun untuk terurai.
Setiap tahun, kata Nusantari, semakin banyak sampah bertebaran di gunung-gunung. Masifnya perkembangan jumlah pendaki tak beriringan dengan kesadaran mereka akan pelestarian lingkungan seperti membuang sampah pada tempatnya. Apalagi beberapa tahun belakangan aktivitas backpacker dan mendaki gunung tengah tren di Indonesia.
Namun menyalahkan salah satu pihak saja atas banyaknya sampah bertebaran di gunung tak akan menyelesaikan persoalan, menurut Nusantari. “Perlu aksi nyata edukasi pentingnya membersihkan gunung dari sampah,” tegas Nusantari.
Setiap bulan, masing-masing DPD menggelar acara. Kopi darat kelompok ini kerap diwarnai beragam pelatihan seperti bagaimana memilah dan mengelola sampah, atau tips mendaki bagi pendaki perempuan.
Tahun lalu, DPC Jawa Tengah menggelar aksi bersih delapan gunung yang ada wilayah itu. Aksi itu digelar 7-29 April 2018 di Gunung Slamet, Sindoro, Sumbing, Lawu, Merapi, Ungaran, Merbabu dan Prau.
April 2019 mendatang, rencananya DPC Jakarta, Jawa Barat dan Banten akan menggelar aksi kolaborasi bersama membersihkan Gunung Gede dari sampah. Aksi ini bertepatan dengan Hari Bumi yang diperingati setiap 22 April.
Agustus tahun ini, Trashbag Community akan kembali menggelar Sapu Jagad bersih sampah. Januari lalu mereka mendaki Gunung Gede-Pangrango untuk memetakan titik mana saja yang dipenuhi sampah, berapa banyak kantong wadah sampah yang harus mereka bawa dan berapa personil yang diperlukan.
Aksi nyata ini beroleh apresiasi. Pada 2015 mereka menjadi nominasi Satu Indonesia Award dan Kehati Award untuk kategori lingkungan.


No comments:

Post a Comment