Patutlah
tuna netra berbangga, sebab keterbatasan penglihatan kini bukan lagi halangan
untuk menikmati kecanggihan teknologi komputer.
Semuanya
berawal dari pertanyaan ibu. Suatu hari pada tahun 2008, Debi Praharadika
ditanyai sang Ibu, “Ada nggak ya komputer untuk kaum tuna netra?” Dalam kesehariannya
Ibu Debi memang selalu berinteraksi dengan tuna netra. Ia adalah pengajar di
SLB tuna grahita. Mendengar pertanyaan itu, muncullah niat Debi untuk menjawab
pertanyaan sekaligus harapan sang Ibu. Lantas mahasiswa DIII Teknik
Telekomunikasi Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) ITS ini mengajak
kawan karibnya Eko Wahyu Susilo untuk mengerjakan proyek sosial ini.
Akhirnya dari
tangan mereka berdua, terciptalah sebuah karya besar, yaitu Sistem Operasi Linux
untuk Tuna Netra. Karya ini menggunakan database suara yang terdiri dari
Natural Language Processing (NLP) dan
Digital Signal Processing (DSP). Cara
kerjanya mengkomunikasikan hasil ketikan keyboard Braille ke dalam format
suara. Dengan karya itu, kaum tuna netra di Indonesia dapat menggunakan
komputer. Tak tanggung-tanggung aplikasi ini dibuat bersifat open source.
Dengan begitu, tuna netra dapat mengunduh aplikasi ini secara gratis.
Sistem komputer
berbahasa Indonesia untuk tuna netra memang baru pertama kali lahir di tangan
Debi dan Eko. Namun sistem komputer untuk tuna netra sendiri sudah pernah ada,
hanya saja aplikasinya dalam bahasa inggris.
Awal pertama
kali teknologi ini muncul malah mengharuskan penggunanya membeli aplikasi
senilai US$1000. Namun kemudian mahasiswa Ilmu Komputer Universitas Brown
Jeffrey Bigham mengembangkan aplikasi sejenis dan dibagikan secara gratis.
Aplikasi berlabel WebAnywhere itu bias diunduh di http://webanywhere.cs.washington.edu.
Screen Reader: Sang Mesias bagi Tuna Netra
Inilah
teknologi yang menjadi mesias bagi para tuna netra. Screen Reader atau
Job Access With Speech (JAWS) adalah software
yang membantu penderita tuna netra agar bisa menggunakan komputer. Dengan alat
ini, para tuna netra akan lebih mudah menggunakan komputer tanpa perlu
tergantung pada orang lain. Teknologi ini juga yang membuat berbagai aplikasi sistem
komputer, termasuk sistem operasi Linux buatan Debi dan Eko, support untuk
tuna netra.
Aplikasi ini
ditemukan pertama kali pada 1989 oleh Ted Henter. Ted Henter menciptakan alat
ini untuk membantu dirinya yang kehilangan penglihatan saat kecelakaan pada
tahun 1978. Screen Reader kemudian
diproduksi secara massal oleh Freedom Scientific di St. Petersburg USA. Freedom
Scientific tak lain adalah perusahaan milik Ted Henter dan kawan-kawan
seperjuangannya.
Screen
Reader dilengkapi layar yang bisa melafalkan teks yang ditampilkan. Cara
kerjanya adalah dengan membaca tulisan yang ada pada layar. Misalkan kursor
digerakkan ke icon My Komputer, maka
akan terdengan bunyi “My Komputer”. Jika kursor bergerak ke arah Recycle Bin,
suara yang terdengan adalah “Recycle Bin”.
Dari Blog
Sampai Game
Setelah
ditemukannya Screen Reader, ada
banyak aplikasi komputer yang bisa dinikmati tuna netra. Coba saja tengok Blog
Ramaditya. Dilihat sekilas, blog ini tak jauh berbeda dengan personal blog pada
umumnya. Isinya berupa artikel dan catatan harian pemiliknya. Tapi siapa sangka
jika pemiliknya seorang tuna netra. Nama pemiliknya Raditya. Raditya sendiri
yang menggarap blog ini, mulai dari layout, scripting,
sampai posting artikel. Meski
pemiliknya tuna netra, blog ini tetap dilengkapi dengan gambar yang berkaitan
dengan isi tulisan.
Selain blog Ramaditya,
tersedia juga Kartunet (karya tuna netra). Situs yang beralamat di www.kartunet.com ini merupakan wadah
berkreasi bagi tuna netra yang gemar membuat puisi, cerita pendek atau esai.
Seperti halnya blog Ramaditya, Kartunet juga dikelola oleh para tuna netra.
Mereka adalah klien Yayasan Mitra Netra, sebuah lembaga nirlaba yang bergerak
dalam pendidikan dan pengembangan potensi tuna netra di indonesia.
Selain sistem
operasi Linux, tersedia juga Screen
Reader JAWS for Windows. Aplikasi yang bisa diakses lewat Screen Reader JAWS for Windows sama
seperti aplikasi windows pada umumnya. Sebut saja Notepad dan Windows Media
Player. Untuk aplikasi kantor, tuna netra dapat memilih Microsoft Office. Untuk
membaca dokumen PDF, telah tersedia Adobe Reader. Bagi tuna netra yang tertarik
bahasa pemrograman, ada berbagai software yang bisa digunakan seperti
MySQL, Visual Basic, atau Oracle.
Bagi tuna
netra yang gemar bermain game, coba
klik www.audiogames.com. Game ini bergenre audio-games, yaitu game yang dimainkan menggunakan pendengaran. Pada www.audiogames.com, berbagai audio-games bisa diunduh dan dimainkan.
Contohnya game kartu, monopoli dan game perang. Berbagai game menarik juga tersedia di www.darkgrimoire.com. Game online terkenal seperti Ragnarok Online,
Pangya dan Warcraft tersedia di situs ini.
Situs yang
cukup aksesibel di dunia untuk tuna netra adalah situs Blind Software.
Beralamat di www.blindsoftware.com,
situs yang dibuat oleh tuna netra bernama Justin Daubenmire ini menyediakan
berbagai aplikasi freeware yang
bersifat komersial. Berbagai aplikasi bisa diunduh di situs ini. Contohnya game, alarm digital, kalender, sampai
video.
Berbagai
aplikasi komputer memang telah banyak tersedia. Namun yang patut disayangkan
adalah, mereka tak benar-benar bias menggunakannya tanpa bantuan orang lain.
Sebab paling tidak, butuh orang dengan penglihatan yang baik untuk menginstal
berbagai aplikasi ini.
Dimuat di majalah Jogja Education edisi XV
tahun 2010
No comments:
Post a Comment