Thursday, August 23, 2012

ONE LAPTOP PER CHILD ALA KOMPUTER MULTIPOINT


Tak perlu minder jika sekolah belum mempunyai laboratorium komputer yang memadai. Dengan komputer MultiPoint, segala keterbatasan teknologi itu bisa diatasi.
Microsoft Research di India mengembangkan teknologi Microsoft Windows Multipoint Software Development Kit (SDK) atau MultiPoint Komputer yang memungkinkan setiap siswa seperti menggunakan sendiri komputernya. Teknologi baru ini mengingatkan kita pada program OLPC (One Laptop Per Child) yang digagas Profesor Nicholas Negroponte.
Bedanya dengan OLPC adalah jika OLPC membutuhkan satu komputer untuk satu siswa, dengan MultiPoint Komputer cukup menggunakan satu komputer untuk banyak siswa. Hal ini sesuai dengan tujuan awal diciptakannya teknologi MultiPoint yaitu memperkecil rasio antara siswa dengan komputer. Teknologi yang efisien ini tentu sangat berguna bagi sekolah yang tidak bisa menyediakan satu komputer untuk satu siswa.
Komputer MultiPoint kini telah sukses diujicobakan di India dan 43 sekolah di Filipina. Sedangkan di Indonesia, sekolah yang diujicobakan baru empat sekolah: SD Muhammadiyah Condongcatur, SD Muhammadiyah Sapen, SD Serayu dan SD Ungaran. “Keempat SD di Yogyakarta ini yang mengembangkan dan terus dipantau oleh Microsoft,” terang Wahyu Purbaya S.Kom., bagian IT SD Muhammadiyah Sapen.

Solusi Kesenjangan Teknologi
Permasalahan teknologi gap di Indonesia masih cukup besar karena kemampuan tiap sekolah berbeda. “Dengan prosentasi siswa yang ada, masalah keterbatasan teknologi di Indonesia masih sangat besar. Teknologi gap itu yang menjadikan kemungkinan dijalankannya program OLPC di Indonesia sangat kecil.” ujar Arif Rahmanto, S.Pd., kepala Litbang SD Muhammadiyah Sapen. Rata-rata SD di Indonesia, ujar Arif lagi, paling maksimal punya 4 PC (Personal Komputer). “Itu pun sebatas untuk administrasi saja,” tambah Arif.
Bagi sekolah yang tidak mampu menyediakan satu computer untuk satu siswa, Computer MultiPoint bisa menjadi solusi. Karena tidak dibutuhkan banyak computer untuk siswa satu kelas. Tapi cukup satu computer yang dihubungkan dengan banyak mouse dan proyektor untuk menampilkan materi pelajaran ke layar atau dinding. “Jumlah mouse disesuaikan dengan jumlah siswa,” ujar Wahyu Purbaya S.Kom. kepala IT SD Muhammadiyah Sapen. Total mouse yang bisa digunakan untuk satu computer, tambah Wahyu, sebetulnya tidak terbatas, “tapi yang baru kami coba sampai saat ini baru 30-40 buah.”
Peralatan yang minim ini menjadikan computer MultiPoint lebih efisien sehingga cocok untuk sekolah yang mempunyai kemampuan terbatas. “Makanya, Komputer Multipoint bisa menjadi jawaban permasalahan teknologi gap di indonesia,” ujar Arif.
Adanya teknologi baru memberikan atmosfir baru bagi proses pembelajaran siswa. “Sangat menyenangkan karena dengan teknologi baru ini semua anak bebas mengakses dan enjoy, terang Prayitno, kepala bagian IT SD Negeri Serayu.
Vikrama Anindito, ST guru pengguna computer MultiPoint di SD Muhammadiyah Sapen. Selain itu, tambah Vikrama, computer MultiPoint bisa memunculkan gambar, flash, ataupun video.

Lebih Kreatif dengan Mouse Mischief
Prototip Komputer MultiPoint yang paling maju adalah Mouse Mischief. Prototip yang mulanya bernama Mighty Mouse ini merupakan aplikasi berbasis powerPoint yang bisa dikembangkan agar proses pembelajaran semakin menarik dan interaktif. “Guru tinggal mensarikan pelajaran, membuat slide presentasi dengan PowerPoint dan menggabungkannya dengan Mouse Michief, sehingga lebih efisien dari segi waktu dan budget” ujar Prayitno. Keunggulan aplikasi ini menjadikan guru lebih kreatif dalam membuat bahan pembelajaran agar menarik dan mudah dipahami siswa, “Mighty Mouse ini untuk alternative pembelajaran. Contentnya bisa fleksibel dan bisa dikreasi dalam bentuk apapun,” Arif menambahkan.

Interaktif dan Fun
Adanya teknologi baru, tak pelak menjadikan siswa lebih betah menyenangkan dalam belajar. “Sangat menyenangkan karena semua anak bebas mengakses dan enjoy,” tutur Prayitno.

Dimuat di majalah Inspirasi Usaha Edisi Juli-Agustus 2009



No comments:

Post a Comment