Friday, August 18, 2017

Ketika istri terjebak terorisme



Sederet perempuan bergabung dengan Daesh atas ajakan suaminya. Beberapa di antaranya bahkan rela menjadi pengantin bom bunuh diri.

Berbalut burqa hitam yang menutupi seluruh tubuhnya, Ika Puspitasari alias Salsabila Taslimah, 35 tahun, melangkah yakin ketika masuk ruang sidang Pengadilan Jakarta Timur, Rabu. Agenda sidang hari ini pemeriksaan saksi terkait rencana peledakan bom bunuh diri di Pekalongan, Jawa Barat.

Ika adalah terdakwa calon pengantin bom bunuh diri itu. Warga Dusun Tegalsari, Purworjeo, ini terseret gerakan terorisme al-Dawla al-Islamiya al-Iraq al-Sham (Daesh) lewat ajakan Zainal, suaminya.

Zainal merupakan tersangka teroris asal Sulawesi. Ia merencanakan aksi bunuh diri pada malam pergantian tahun 2016. Sebelum aksi terlaksana, ia dicokok Densus 88 Antiteror di Tasikmalaya, Jawa Barat, 19 Desember 2015.

Satu jejaring dengan Ika, Dian Yulia Novi juga terbelit Daesh karena ajakan suaminya, Muhammad Nur Sholihin (MNS). Dalam pengakuannya, MNC bahkan sengaja menikahi Dian untuk menjadikannya sebagai pengantin bom bunuh diri.

MNS adalah petinggi Azam Dakwah Centre (ADC) yang menjadi otak intelektual dari sejumlah kasus terror. Di antaranya pengantin bom bunuh diri Dian dan terror bom molotov Candi Resto, Solo Baru, 3 Desember 2016 lalu, dengan terdakwa pelaku kuartet Sumarno, Wawan, Imam Syafii, dan Sunarto.

Sebelum melancarkan aksi bunuh diri di istana, Dian dan suaminya ditangkap Densus 88 Antiteror pada 10 Desember 2016 lalu di Bekasi. Esoknya, Densus 88 Antiteror menangkap Wawan di Klaten, Jawa Tengah. Berdasarkan keterangan Wawan, Densus kemudian menangkap Sumarno, Syafii dan Sunarto.

Di jejaring lainnya, terdapat Jumiatun Muslim alias Atun alias Bunga alias Umi Delima. Ia istri Santoso, pemimpin Mujahidin Indonesia Timur (MIT).

Keterlibatan perempuan dalam gerakan terorisme, ujar pegiat kekerasan terhadap perempuan Riri Khariroh, bukan hal baru. Sejak puluhan tahun lalu ada banyak perempuan terlibat dalam jaringan terorisme. Tak hanya berperan sebagai pendukung penyedia logistic, tapi sekaligus menjadi kombatan teror.

“Di Palestina, Checnya, Irlandia, Amerika Serikat, itu sudah lama terjadi,” ujarnya, Rabu, kepada Anadolu Agency.

Di Indonesia, fenomena perempuan pelaku bom bunuh diri, terlebih keterlibatan itu atas peran suami, adalah hal baru. Peran perempuan sebagai pendidik, perekrut yang mereproduksi ideologi, penyandang dana sudah terjadi sejak lama. Kasus Ika, Dian, dan Umi Delima membuka banyak pihak yang bergerak dalam isu radikalisme bahwa ternyata perempuan Indonesia sudah berperan sebagai pelaku. “Terjadi pergeseran. Tidak cukup perempuan berperan sebagai supporter, tapi sudah ikut andil jadi frontliner, jadi kombatan,” ujarnya.

Riri memetakan 4 faktor terjadinya fenomena ini. Pertama, kultur patriarki pada kelompok radikal menuntut perempuan untuk taat apapun perintah suami. Kedua, perkembangan media social mempermudah perempuan untuk mengakses informasi radikal dan berkomunikasi langsung dengan jaringan Daesh di mana pun.

Ketiga, adanya perasaan terancam atas budaya barat yang merusak generasi Islam. Lantas muncul kesadaran perempuan untuk tak hanya melakukan upaya yang dianggap minor seperti melahirkan generasi teroris baru, mendidik dan menopang mereka, namun beralih menjadi pelaku utama yang melakukan hal mayor seperti menjadi pengantin bom bunuh diri.

Keempat, jaringan terror memanfaatkan kerentanan perempuan dalam masyarakat patriarki sebagai strategi. Mereka menggunakan perempuan sebagai alat untuk menyusup ke kandang musuh.

Terakhir, berbeda dengan Al Qaida yang melarang perempaun terlibat bom bunuh diri, Daesh justru menganjurkan itu. Banyaknya pasukan laki-laki yang mati akibat perang menyebabkan mereka berpropaganda merekrut perempuan sebagai pelaku aksi.

Oleh karena itu, Riri mellihat pentingnya pelibatan perempuan dalam upaya penanggulangan terorisme.

“Selama ini terorisme dianggap maskulin, seolah-olah hanya isu laki-laki. Pelibatan perempuan dalam upaya preventif mencegah terorisme menjadi penting,” ujarnya.


*bisa juga dilihat di http://aa.com.tr/id/headline-hari/tersesat-terorisme-lantaran-suami/885724


-->

No comments:

Post a Comment