30 satwa dilepasliarkan di
“The Little Africa van Java” Taman Nasional Baluran.
Sambil
mengepakan sayap, elang brontok berdada lurik merah bata itu melesat keluar
dari kandang. Ia sempat mampir ke salah satu dahan sebelum kembali terbang ke
atas langit Taman Nasional (TN) Baluran, Situbondo, Jawa Timur. Bersama 29
satwa lainnya, elang brontok menikmati kemerdekaannya sebagai satwa liar di
“The Little Africa van Java”.
Pelepasliaran
itu dilakukan oleh Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya dan Wakil Ketua Komisi IV DPR
Herman Khoeron pada Peringatan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2017 yang
diperingati setiap tanggal 10 Agustus.
Sebelumnya
elang brontok dan 4 elang lainnya telah rampung bersekolah di Yayasan
Konservasi Alam Yogyakarta (YKAY). Selain elang, satwa lain yang berasal dari Balai
Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Yogyakarta adalah 2 ekor Landak Raya
(Histrix brachiura).
“Mereka
satwa dilindungi, sudah seharusnya tinggal di alam liar,” ujar Koordinator
Divisi Konservasi Wildlife Rescue Centre, drh Randy Kusuma, pengelola YKAY,
kepada Anadolu Agency.
Total
satwa yang dilepasliarkan berjumlah 30 ekor. Selain dari Yogyakarta, satwa juga
berasal dari BKSDA Jawa Timur, Jawa Timur Park dan BKSDA Bali. Dari BKSDA Jawa
Timur satwa berjenis Merak Jawa (Pavo muticus) 9 ekor, Elang Brontok (Nisaetus
chirhatus) 4 ekor, dan Elang Bido (Spilornis cheela) 2 ekor. Sementara 1 ekor
merak dan 2 ekor Landak Raya (Histrix brachiura) merupakan hasil breeding di
Jawa Timur Park. Dari BKSDA Bali didatangkan 5 ekor Merak Jawa (Pavo muticus)
yang rampung disekolahkan di Pusat Penangkaran Satwa Bali.
TN
Baluran merupakan 1 dari 5 TN tertua di Indonesia. Lahan seluas 25.000 hektar ini
merupakan habitat asli elang, merak dan landak.
Mulanya
elang yang akan dilepasliarkan dari YKAY berjumlah 7 ekor. Namun 2 ekor lainnya
terinfeksi virus menular Newcastle desease atau tetelo. “Virus ini menular.
Akhirnya terpaksa yang 2 disembuhkan dulu,” ujar Randy.
Elang
alap jambul merupakan hasil sitaan Polda Jawa Timur. Diserahkan ke BKSDA
Yogyakarta, lalu disekolahkan di YKAY tahun 2015 lalu. Sedang elang brontok
berasal dari piaraan warga Sleman dan mulai bersekolah di YKAY sejak 2012 lalu.
Saat
ini YKAY membina 170 ekor satwa dari segala jenis, terutama aves dan primata.
Di YKAY, satwa bersekolah dan melewati sejumlah tahap hingga dinyatakan lulus. Yaitu
karantina, penilaian perilaku, pendidikan satwa dan pra pelepasan.
“Setiap
satwa yang datang pasti masuk karantina lebih dulu. Kita cek laboratorium dan
pastikan tidak ada gejala klinis penyakit yang bisa menular ke satwa lain dan
manusia,” ujar Randy.
Di
sekolah ini elang diajarkan melompat di berbagai tingkat tenggeran. Rendah,
sedang dan atas. Ia juga diajarkan bagaimana terbang melesat dan kembali
menukik ke dahan.
Indonesia,
ujar Menteri LHK Siti Nurbaya, kaya akan keanekaragaman hayati. Terdapat 54 TN
dan 123 wisata alam.
“Konservasi
menjaga keanekaragaman hayati kita. Salah satunya dengan memelihara sumber daya
genetika,” ujarnya.
Siti
yakin satwa yang dilepasliarkan akan survive di TN Baluran. “Sebelumnya satwa
telah dikarantina lebih dulu dan dianggap siap untuk hidup di alam liar. Mereka
sudah melewati proses dan standar yang sudah ada,” ujarnya.
Dirjen
Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK mengatakan perilaku satwa yang
dilepasliarkan akan terus dipantau hingga sebulan. Pihaknya terus memastikan
agar satwa itu survive dan tidak diburu
masyarakat.
“Ini
sekaligus pesan untuk masyarakat, agar tidak memburu satwa liar. Kalau mau
melihat langsung ya datang saja ke habitatnya,” ujarnya kepada Anadolu Agency,
Minggu.
Sementara
itu Menko Perekonomian Darmin Nasution menekankan pentingnya leadership dalam
pengelolaan lingkungan, selain strategi konservasi. Tujuannya agar memunculkan
motivasi dan visi pelestarian keanekaragaman hayati tercapai.
“Indonesia
memiliki hutan konservasi yang luas dan keanekaragaman hayati. Itu menjadi modal
kita untuk menarik perhatian dunia. Konservasi tidak hanya untuk kelestarian ekologi,
tapi juga kesejahteraan rakyat,” ujarnya.
Upaya
konservasi, ujar Wakil Ketua Komisi IV DPR Herman Khoeron, harus diimbangi
dengan program dan anggaran. Saat ini anggaran KLHK untuk pelestarian ekologi
begitu kecil sementara wilayah cakupannya begitu luas. Dari persoalan kebakaran
hutan, rehabilitasi lahan pasca bencana hingga reformasi agraria.
“DPR
selalu mendukung. Tentu konservasi tak hanya untuk perlindungan, tapi juga
kesejahteraan rakyat,” ujarnya.
-->
Herman
juga memastikan revisi UU 5/1990 tentang Konservasi Sumebr Daya Alam Hayati dan
Ekosistem akan rampung tahun ini.
No comments:
Post a Comment